Mohon tunggu...
Shohibul Kahfi
Shohibul Kahfi Mohon Tunggu... Guru - say the fact

Guru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Puasa Ibarat Proses Perubahan Ulat Menjadi Kupu-kupu

8 April 2021   06:59 Diperbarui: 8 April 2021   07:04 8383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kibrisper.org

Pada penciptaanan binatang, tidak hanya dari tingkah lakunya saja yang perlu diperhatikan.  Akan tetapi dari proses penciptaannya juga perlu diamati dengan seksama. Suatu misal dalam proses penciptaan kupu-kupu.

Kupu-kupu adalah binatang yang indah, bersayap dan  berwarna warni, diciptakan oleh Allah swt. melalui proses yang panjang. Ia diciptakan dari sebutir telur yang kemudian menetas dan menjelma menjadi seekor ulat yang terlihat sangat menjijikkan bagi kebanyakan orang. Ia mempunyai bulu yang akan menimbulkan gatal ataupun panas yang sangat menyengat apabila tersentuh oleh kulit seseorang. Ulat yang tidak mempunyai bulu harus pandai-pandai sembunyi agar selamat dari burung yang akan memangsanya. Setelah ulat tersebut dewasa, ia harus berpuasa dalam proses  mengubah diri menjadi kepompong, barulah beberapa hari kemudian ia akan menjelma menjadi makhluk baru yang sangat indah, jauh berbeda dari awal mula penciptaannya.

Pada penciptaan kupu-kupu ini, manusia bisa mengambil banyak hikmah darinya. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat ke 94 ayat 5 dan 6.

"Karena sesungguhnya bersamaan kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersamaan  kesulitan itu ada kemudahan." (QS Alam Nasrah/94:5-6).

Ulat adalah sosok binatang yang harus rela dengan penampilannya yang tidak menyenangkan(menjijikkan) dan juga tidak disenangi oleh makhluk lainnya, utamanya manusia, ia juga binatang yang sangat lemah.

Walaupun mempunyai banyak kelemahan, akan tetapi ulat juga mempunyai beberapa kemudahan dan keistimewaan tersendiri. Ia biasa  ditempatkan pada sebuah pohon yang tinggi yang memudahkannya untuk memakan daunnya yang telah tersedia dengan tanpa susah-payah mencarinya. Juga nantinya ia akan bisa menjelma menjadi binatang yang indah nan cantik.

Namun demikian ia harus puas dengan makanan yang telah ditetapkan. Suatu misal; ulat yang ditempatkan pada pohon jati, harus puas dengan hanya makan daun jati saja yang keras dan mungkin rasanyapun juga  tidak seenak daun yang lainnya, dan tidak boleh iri atau ingin mencicipi daun pisang ataupun daun kedondong misalnya, yang lebih empuk dan enak.           

Berbeda sekali dengan anjing, walaupun berbentuk indah dan banyak yang menyenanginya. Akan tetapi dalam mencari makan ia harus berusaha  keras untuk bisa mendapatkannya, bahkan kadang harus mempertaruhkan nyawanya, karena makanannya adalah binatang lain (sesama binatang). Kadang ia harus bertarung dengan sesamanya untuk saling berebut makanan. Anjing tidak akan bisa menjelma dalam bentuk yang lain, ia akan tetap seperti itu, ia mempunyai kebiasaan, selalu mengeluarkan suara keras (menggonggong), yang tidak enak untuk didengar dan selalu menjulurkan lidah yang tidak begitu enak untuk dilihat.

Dalam penciptaan kupu-kupu bermula dari ulat yang menjijikkan, setelah dewasa harus berpuasa, menahan diri dari makan dan minum yaitu sewaktu menjadi kepompong, setelah cukup waktunya barulah ia muncul sebagai binatang yang indah.

Hal  tersebut dapat diambil hikmahnya. Untuk bisa mendapatkan keindahan/kebahagiaan di kemudian hari, haruslah seseorang tidak takut ataupun segan untuk bersusah-susah terlebih dahulu untuk memperjuangkannya. Semakin besar/tinggi sesuatu yang ingin dicapai, akan semakin berat pulalah ujian yang akan ia dapatkan. Semakin kuat keimanan seseorang, akan semakin besar pulalah cobaan-cobaan yang akan dialaminya.  

Terciptanya binatang yang bermacam-macam prosesnya, begitu juga sifat dan perilakunya. Dapat diambil hikmahnya sebagai perumpamaan bagi pejalanan hidup seseorang sebagai manusia untuk mencapai tingkat derajat yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun