Mohon tunggu...
SHOHIBUL ULUM
SHOHIBUL ULUM Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Newbie

Tentang Politik Luar Negeri dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Stabilitas, Anwar, dan Para Pelompat

19 November 2022   05:35 Diperbarui: 19 November 2022   05:51 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kontestan dalam PRU 15

Tanggal 10 Oktober 2022 menjadi akhir sekaligus permulaan bagi era politik di Malaysia. Dikutip dari CNA permohonan pembubaran parlemen oleh Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob berhasil disetujui oleh Yang Dipertuan Agong Malaysia. Momen ini menjadi pertanda PRU (Pemilu) ke 15 akan dilaksanakan sekurang-kurangnya 60 hari setelah parlemen dibubarkan. Langkah pembubaran parlemen bukanlah hal yang mendadak dan datang secara tiba-tiba. Setelah MOU bipartisan antara pemerintah dan oposisi (pembangkang) telah kadaluarsa pada bulan Juli 2022 lalu, 'gelagat-gelagat' untuk melaksanakan pemilu segera mengemuka. Ditambah lagi setelah banding mantan perdana menteri Najib Razak ditolak dan resmi masuk penjara selama 12 tahun. Tidak cukup dengan penahanan Najib, perdana menteri juga kurang tepat memilih waktu pembubaran parlemen karena badan meterologi Malaysia memprediksikan adanya musim hujan yang akan menyebabkan banjir di daerah semenanjung Malaysia. Terlepas dari banyak kontroversi yang membayangi keputusan perdana menteri untuk membubarkan parlimen, PRU 15 menjadi realita yang harus dihadapi oleh semua partai politik yang menjadi wadah suara rakyat di parlemen.
Komposisi parpol yang akan mejadi kontestan pada PRU 15 mendatang tidak terlalu berbeda dengan komposisi parlemen yang telah dibubarkan. Seperti yang diketahui bersama, ada tiga koalisi besar di dalam parlemen yaitu BN, PN, dan PH. Sebagian besar konfigurasi politik Malaysia selama 2018 hingga 2022 dipengaruhi ketiga koalisi ini. Bahkan pergantian perdana menteri hingga tiga kali juga merupakan manuver-manuver yang dilancarkan mereka. Ketiga koalisi utama ini juga akan memperebutkan suara dalam PRU 15. Masalahnya adalah siapakah dari ketiga koalisi ini yang akan memperoleh banyak suara dalam PRU 15?

Mother of All General Elections

Perlu diketahui bahwa, menerka kemenangan sebuah partai atau gabungan partai (koalisi) dalam ranah politik Malaysia sangat berbeda dengan politik Indonesia. Apabila kita di Indonesia melihat calon presiden terlebih dahulu, setelah itu melihat partai pengusungnya, maka di Malaysia tidak demikian. Suasana politik etnis masih menjadi pengaruh kuat di Malaysia. Sehingga, calon perdana menteri dengan latar belakang etnis melayu-lah yang kuat diprediksi menjadi pemenang. Hal ini telah beberapa kali terbukti, karena semua perdana menteri Malaysia berasal dari partai melayu.
Melihat fakta ini, maka partai atau gabungan partai (koalisi) yang memiliki kans terbesar saat ini adalah Barisan Nasional (BN) yang terdiri atas UMNO, MCA, dan MIC. Calon perdana menteri dari BN adalah mantan perdana menteri Ismail Sabri Yaakob. Tagline atau kampanye yang dibawa oleh BN adalah "kestabilan dan kemakmuran". Sejauh ini, BN yang banyak dimotori oleh UMNO telah banyak mempersiapkan diri dalam menghadapi PRU 15. Menurut Utusan Malaysia partai UMNO yakin betul untuk bergerak secara sendiri tanpa berkompromi dengan partai-partai lain di luar koalisi BN. Sebelum ini, partai UMNO pernah berkoalisi dengan Parti Islam se-Malaysia (PAS) dalam muafakat nasional. Tetapi perjalanan koalisi politik itu berjalan tidak harmonis, dan justeru saling menyerang satu sama lain.
Bagaimana kans kemenangan Anwar Ibrahim? Tokoh politik yang terkenal dengan agenda reformasi-nya ini masih tetap dengan koalisi Pakatan Harapan (PH) yang terdiri atas Partai Keadilan Rakyat (PKR), Parti Tindakan Demokratik (DAP), dan Partai Amanah Negara (Amanah). Anwar Ibrahim terlihat masih memiliki peluang besar untuk menjadi perdana menteri karena dukungan ketiga partai komponen Pakatan Harapan (PH) masih cukup tinggi. Selan itu, dukungan dari tokoh politik MUDA seperti Syed Sadiq masih belum surut, terlihat dari tawar menawar kursi calon seperti yang diberitakan oleh FreeMalaysiaToday. Dr. Mahathir agaknya juga menaruh dukungan kepada Anwar Ibrahim, tetapi dukungan Dr. Mahathir ini masih belum stabil. Sehingga Anwar tidak menyandarkan  dukungannya kepada Dr. Mahathir seperti yang diberitakan oleh FreeMalaysiaToday Koalisi PH akan menang PRU 15, apabila mampu menampung suara mayoritas melayu melalui pencitraan PH sebagai pembawa agenda melayu melebihi koalisi BN.
Hal yang menarik justeru terjadi pada koalisi ketiga yaitu Perikatan Nasional (PN). Sedikit flashback, koalisi ini terbentuk sebagai akibat dari langkah Sheraton yang menolak Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri menggantikan Dr. Mahathir. Tokoh yang berpengaruh dan dicalokan menjadi perdana menteri adalah Muhyidin Yasin. Koalisi ini didukung oleh tiga partai komponen utama yaitu Partai Pribumi Bersatu Malaysia (BERSATU), Parti Islam se-Malaysia (PAS), dan Partai Gerakan (GERAKAN). Peluang kemenangan dari koalisi ini lebih kecil dan pesimis saja. Hal ini tidak terlepas dari figur kurang populer yang ada di dalam koalisi ini. Bahkan menurut Isham Jalil seorang tokoh UMNO dikutip dari FreeMalaysiaToday koalisi ini tidak akan menang PRU 15 dan akan runtuh setelah PRU 15 berakhir. Memang, perang urat syaraf (psywar), sudah mejadi bumbu apalagi menjelang PRU yang akan diadakan pada tanggal 19 Nopember 2022 yang akan datang.

Suara-suara kemenangan Anwar

Semakin mendekati hari-H, semakin lantang pula para calon perdana menteri Malaysia menyuarakan kampanye. Dari sekian nama yang telah lalu lalang di pentas politik Malaysia, tersebutlah Anwar Ibrahim. PRU 15 ini merupakan kesempatan terakhir Anwar untuk menjadi perdana menteri Malaysia.  Dari sekian kampanye yang dilakukan, ada janji yang cukup menarik yang diucapkan mantan wakil perdana menteri ini. Jika Anwar menang dalam PRU 15 ini, gaji perdana menteri akan diturunkan bahkan ada kabar lain yang menyebutkan bahwa Anwar tidak akan menerima gaji sama sekali jika menjadi perdana menteri Malaysia seperti dilansir dari Tempo. Dilihat dari para pesaingnya pun, Anwar masih relatif lebih berpengalaman dan senior. Ditambah lagi, kegagalan dalam menjaga stabilitas politik yang dilakukan oleh Ismail Sabri dan Muhyidin Yasin dalam dua tahun terakhir.
Semua peluang dan kalkulasi politik tentu tidak bermakna apabila dukungan (sokongan) dari bawah tidak ada. Kalkulasi sebenarnya di dalam PRU 15 ini adalah bagaimana memberikan konsepsi kepada rakyat mengenai menjaga stabilitas dan pembangunan Malaysia kedepan. Rakyat Malaysia seperti mencari dan memilih pemimpin yang berpotensi memberikan kestabilan politik terlebih dahulu, dibandingkan dengan janji-janji memberi ini dan itu. Rakyat Malaysia sudah cukup menjadi  korban adu strategi politik di dalam parlemen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun