Cinta adalah anugerah yang paling indah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Cinta dapat datang dalam berbagai bentuk, baik cinta kepada Sang Pencipta, cinta kepada keluarga, sahabat, atau pasangan hidup. Namun, terkadang, cinta yang terlalu dalam bisa menimbulkan kekhawatiran, kekecewaan terutama jika cinta itu mengarah pada sesuatu yang lebih besar dari cinta kita kepada Allah.
Dalam Islam, cinta tertinggi dan paling utama adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta ini adalah landasan dari seluruh kehidupan seorang Muslim. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Imran (3:31), Â
_"Katakanlah, Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosa mu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Di sisi lain, cinta kepada sesama manusia, terutama pasangan hidup, adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Ar-Rum (30:21), Â
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenis kamu sendiri, agar kamu merasa tentram, damai, dan kasih sayang kepada mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
Namun, ketika cinta itu tumbuh begitu mendalam, terkadang bisa membawa kita pada keterikatan yang berlebihan, sampai  hingga melupakan hak Allah. Cinta yang berlebihan pada pasangan atau benda duniawi bisa menyebabkan seseorang menjauhkan diri dari Allah, mengabaikan kewajiban agama, atau menjadi lebih takut kehilangan sesuatu daripada takut kepada Allah. Inilah yang perlu diwaspadai dalam perjalanan cinta kita.
Cinta yang mendalam adalah fitrah manusia, namun Islam mengajarkan kita untuk selalu menjaga agar cinta kita tidak melampaui batas. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus lebih utama daripada cinta kepada apapun atau siapapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H