Mohon tunggu...
Shofuro Yasmin
Shofuro Yasmin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Read and review all book genres, slow reader

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Corona, Menjawab Semua Keacuhan Kita

14 Juli 2022   11:34 Diperbarui: 14 Juli 2022   11:59 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tepat dua tahun lalu, yakni tanggal 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya WNI yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sejak saat itu, virus tersebut mewabah ke seluruh daerah di Indonesia. Selama pandemi tersebut, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan, seperti mengurangi aktivitas di luar rumah (lockdown,WFH dan BDR), memakai masker, selalu mencuci tangan setelah melakukan kegiatan, dll. Pada pertengahan 2022 perlahan kasus Covid-19 mulai melandai. 

Pandemi Covid-19 membawa dampak kurang baik di seluruh aspek kehidupan. Meski demikian, terdapat hal menarik bahwa pandemi Covid-19 mempunyai dampak positif bagi lingkungan hidup. Hal tersebut sejalan dengan tema “Suatu Titik Balik dalam Lingkungan” pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup. Dengan adanya hari peringatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, kita diharapkan dapat lebih aktif dalam mengampanyekan perlindungan terhadap bumi.

Hari Lingkungan Hidup Sedunia dirayakan setiap tahun pada tanggal 5 Juni sebagai upaya meningkatkan kesadaran global akan kebutuhan untuk mengambil tidakan lingkungan yang positif bagi perlindungan dan penyelamatan alam, juga menjadi kesempatan untuk merefleksikan pencapaian dan terus melanjutkan upaya dalam mengatasi tantangan lingkungan hidup yang dihadapi dunia hingga saat ini.

Berikut dampak negatif yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19, seperti banyaknya kasus positif hingga kematian akibat Virus SARS-Cov-2, bertambahnya limbah medis, bertambahnya sampah di perkotaan, terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi, meningkatnya angka pengangguran dan juga kemiskinan, penurunan kualitas siswa, hingga angka putus sekolah sangatlah tinggi.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, ternyata ada dampak positif dari peristiwa pandemi yang sudah berjalan 2 tahun ini. Dampak tersebut seperti berkurangnya aktivitas transportasi dan industri, berkurangnya pembakaran bahan bakar minyak, berkurangnya tekanan pada bidang parawista, kualitas udara di perkotaan jauh lebih bersih, bermunculan hewan-hewan langka di tengah lockdown, masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan, dan terdapat beberapa hasil penelitian selama pandemi berlangsung.

Dampak positif tersebut saling berkaitan satu sama lain. Pada sebuah tulisan di dalam Nature Ecology & Evolution, para peneliti menyebut fenomena yang saling berkaitan itu dengan anthropause: jeda dari aktivitas kehidupan modern. Maksud dari anthropause ialah hiatus atau istirahatnya sebuah aktivitas antropogenik (aktivitas yang disebabkan oleh manusia dan dilakukan dalam skala besar). Hal tersebut membuat  kita sadar bahwa bumi yang kita tempati ini perlu jeda istirahat dan merecovery lingkungan alamnya.

Tahukan engkau, air tak lagi keruh? Tahukan engkau, langit tak lagi abu? Tahukah Engkau, tanah tak lagi tersumbat? Kalimat tanya tersebut merupkan sepenggal lirik pada lagu “Renung” Payung Teduh. Dengan berkurangnya aktivitas transportasi, pengeboran, penambangan, serta pariwisata di perairan membuat kualitas air membaik–tak lagi keruh. Diberlakukannya lockdown, WFH (work from home), BDR (belajar dari rumah), membuat aktivitas transportasi berkurang dan hal tersebut berdampak bagi kualitas udara membaik, bersih, berwarna biru cerah–tak lagi abu. Pada saat pandemi semua terjebak dalam waktu yang sama, memisahkan semuan insan, dipisahkan oleh dinding yang dingin dan tidak peduli dengan apa yang terjadi. Lagi-lagi berkurangnya aktivitas manusia di luar ruangan, membuat lingkungan lebih bersih tidak ada sampah, tidak ada bau yang pekat, tanah tak lagi tersumbat.

Dari dampak positif tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia sangat acuh terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Mereka selalu berada dalam keramaian, merasa bebas, menjunjung tinggi kebersamaan padahal hanya ingin mengambil menguntungkan. Mungkin banyak yang bertanya, “Sebenarnya yang diacuhkan oleh manusia itu apa?”. Pandemi Covid-19 ini menjawab semua pertanyaan tersebut, selama ini mereka acuh terhadap lingkungan alam. Semoga dengan adanya peristiwa ini, menjadi titik balik bagi manusia agar terus menjaga apa yang ada di bumi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun