Kemacetan saat ini sudah menjadi hal yang lumrah pada permasalahan sosial yang sering diangkat bahkan menjadi nomer satu di tengah kota besar, apalagi pada Kota Malang ini yang merupakan pusat peradaban kuno menjadi pusat pariwisata baik nasional maupun internasional. Tidak lupa juga Kota Malang dituntut dan menjadi kota pendidikan, bahkan survei menempatkan kota pendidikan ini menjadi daerah termacet urutan ke empat dari Bangkok, Jakarta dan Bandung.Â
Lewat emblemnya kota malang yang merupakan kota pendidikan memungkinkan terjadinya urbanisasi serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat akibatnya permintaan lahan yang ada menjadi pemukiman secara utuh, kemudian mobilitas setiap penduduknya selalu meningkatkan ruas di jalanan kota ini. Pengendara mobl maupun motor, kendaraan umum bis dan mikrolet, bahkan ojek online yang sekarang ini menjadi salah satu lapangan kerja sekaligus teknologi juga dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas di Kota Malang.Â
Dengan kemajuan teknologi diiringi bertambahnya kendaraan membuat ruas jalan semakin sempit, padahal pelebaran sudah hampir dilakukan tetap saja masih tidak bisa menampung banyaknya kendaraan di Kota Malang. Beberapa jalan juga memang sempit, karena jalan tersebut banyak dikenal masyarakat maka juga akan ramai dan padat.
Lewat berita yang sering didengar pada pengendara mobil khususnya yaitu  "Radio Kosmonita 95.4 FM City gate radio" hampir setiap hari selalu mendengar kawasan padat maupun ramai lancar di seluruh jalanan Kota Malang, ini sangat membantu para pengemudi untuk tidak berpergian agar tidak enambah kemacetan. Pemerintahan kota malang juga sering menyebutkan aktifitas kendaraan yang padat di berbagai titik seperti Jalan Ahmad Yani, Jalan Soekarno-Hatta, Jalan MT Haryono serta beberapa titik lainnya makin tak terelakkan utamanya pada akhir minggu.Â
Dan juga banyak yang menganggap kemacetan ini disebabkan pengendara yang hanya lewat Kota Malang, yaitu contohnya para pengemudi yang bertujuan ke arah Kota Batu maupun Kota Surabaya yang melawati tengah Kota Malang sehingga banyak terjadi penumpukan kendaraan. Pemerintah Kota Malang juga tidak diam, salah satunya yaitu gencar-gencarnya melakukan pembangunan jalan tol dan melakukan tata letak kota yang baru.Â
Selain itu banyak masyarakat  juga memiliki peningkatan ekonomi untuk hidupnya seperti kawasan pariwisata dan industri yang tidak terkendali pada akhirnya menyebabkan banyak wisatawan maupun pemilik modal berdatangan ke Kota Malang, tetapi akibat kemacetan bbisa jadi para pariwisatawan dan investor enggan lagi ke Kota Malang karena sudah seperti halnya Kota Jakarta yang sangat parah kemacetannya. Beberapa masyarakat juga ada yang mendukung penggunaan sepeda gayuh atau hanya berjalan kaki agar bisa sehat dan tentunya tidak menambah kemacetan, pemerintah juga sudah melakukan pembangunan daerah sepeda di pinggir jalan raya, sudah sebaiknya kita sebagai penduduk juga menggunakan fasilitas tersebut, agar kemacetan lalu lintas ini berkurang dari pada seblumnya.
Kondisi malang saat ini seperti yang sudah dijelaskan dibeberapa wilayah mengalami kemacetan karena memiliki beberapa faktor, yaitu sistem pusat yang berada di kecamatan klojen sangat berpotensi, lalu jaringan jalan yang tidak diperhatikan, sehingga walaupun sempit terkadang masih dilalui seperti mengendarai mobil di gang sempit yang dapat menghambat lalu lintas pada jalur kanan atau kirinya akibatnya jalan buntu dan menjadi kemacetan, pemanfaatan lahan yang sudah disinggung banyak digunakan menjadi daerah pemukiman dan industri juga membuat pergerakan manusia serta mobilitas menjadi tidak terkendali.Â
Arus arus yang seharusnya tidak dilewati penyintas juga sebaiknya tidak dilewati, karena ini juga akan menjadi penumpukan kendaraan di pusat kota yaitu saat musim liburan ini sering terjadi. Melakukan beberapa perubahan dapat mengubah juga kondisi permasalahan tersebut salah satunya menggunakan sepeda gayuh, atau mengandalkan kaki bila perjalanan tidak jauh, kurangi penggunaan kemdaraan bermotor juga bisa melindungi bumi dari permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara. Sekian dan terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H