Di hutan yang dulu ramai dengan kehidupan, sekarang hanya tinggal kedamaian yang hampa rasanya. Banyak pepohonan yang sudah gundul dan suara gemericik air sungai yang dulunya menyiarkan bunyi yang membuat hati seorang menjadi tenang. Namun kini semakin redup dengan adanya ulah manusia yang melakukan penebangan hutan secara liar. Mereka sudah merenggut keindahan seekor merak yang selalu menjadi pesona di hutan itu.
Pada hari itu, ketika matahari sudah mulai terbit di ufuk timur menyinari seluruh bagian sisi hutan. Hewan-hewan dan tumbuhan hijau terbangun dari lelahnya malam dengan senang riang menyambut hari yang cerah dan penuh dengan suka cita. Melodi indah dari seekor merak bergema di udara.Bulu-bulu warna-warni yang mempesona telah menjadi saksi bisu dari pemandangan hutan yang terluka.
Namun, hari hari cerah itu perlahan lahan berubah menjadi masa masa suram. Pohon-pohon ditebangi satu per satu, dan hutan yang dulu subur kini berubah menjadi gundukan kayu dan tanah terbuka. Suara gergaji dan mesin membelah kesunyian hutan, menggantikan lagu lagu burung yang dahulu mengalun merdu.
Sekolompok merak merasa terpojok oleh kehancuran hutan tempat mereka tinggal. Pilihan mereka semakin sempit, karena sumber makanan dan tempat berlindung berkurang. Merak merak yang dulu berada dalam kelompok besar, kini hanya tersisa beberapa ekor yang bertahan hidup. Suatu hari, sang merak yang selamat dari manusia yang serakah pada saat hutan tersebut ditebang dengan anggunnya, melangkah di atas tanah itu. Setiap langkahnya seolah menyiratkan kesedihan yang mendalam atas kehilangan habitat yang sesungguhnya. "Mengapa manusia begitu kejam" gumamnya dalam hati. Saat Merak tersebut sedang merenung, dia mendengar langkah kaki yang pelan mendekat. Ada seorang anak kecil yang tinggal di dekat hutan tersebut berjalan dengan hati hati, menyusuri reruntuhan hutan dan menyapa Melodi. "Halloo Merak yang cantik" sapa anak itu dengan lembut.
Merak tersebut langsung berlari pergi ke lubang pohon yang menjadi sarang ia tinggal di hutan itu. Kemudian anak kecil tersebut mengatakan "Jangan takut merak, aku hanya ingin memberimu makanan,aku takut kau kelaparan karena hutan ini sudah hancur". Awalnya Merak tersebut enggan untuk menerima tawaran dari anak kecil tersebut. Namun, karena bujukan anak kecil tersebut akhirnya merak percaya dengan anak kecil tersebut. Akhirnya, merak tersebut menerima makanan dari anak kecil tersebut.
Malam itu juga, ketika bulan bersinar terang di langit, Merak itu memutuskan untuk memberikan penampilan terakhirnya. Dia mengibaskan sayapnya dengan gemilang, menciptakan melodi yang indah dan mengharukan Suara merdunya meresap ke dalam kehampaan hutan, menciptakan memori terakhir tentang keindahan yang ada. Anak kecil itu pun dating untuk menyaksikan penampilan itu. Air matanya berlinang saat dia menyadari bahwa mungkin ini kali terakhir dia bisa melihat keindahan Merak tersebut. Tanpa bisa menahan kesedihan, anak kecil itu berkata, “Aku janji akan melindungi hutan ini, agar keindahan seperti dirimu tidak pernah hilang lagi.
Meskipun merak tersebut telah pergi, namun melodi indahnya akan selalu dikeang dalam hati semua yang pernah mendengarnya. Anak kecil tersebut berpegang teguh janjinya untuk berjuang menjaga kelestarian hutan dan melindungi kehidupan liar yang ada di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H