Mohon tunggu...
Shofi Aulianisa
Shofi Aulianisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Akuntansi Syariah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Digitalisasi dan Perubahan Budaya di Era Globalisasi

15 Mei 2024   06:00 Diperbarui: 15 Mei 2024   06:30 1790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini kita sudah berada di era globalisasi dimana teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat. Era globalisasi telah membawa perubahan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal budaya. Salah satu pendorong utama perubahan ini adalah digitalisasi, yang memengaruhi cara kita berkomunikasi, bekerja, dan berinteraksi secara keseluruhan. Digitalisasi menjadi jembatan antarnegara untuk saling bertukar informasi dan ide. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini juga telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat dan membentuk perubahan budaya yang sangat cepat dan luas. Artikel ini akan membahas bagaimana digitalisasi memengaruhi perubahan budaya di era globalisasi.

Digitalisasi telah merevolusi cara kita dalam berkomunikasi. Internet dan media sosial memungkinkan orang dari berbagai belahan dunia untuk bisa berinteraksi secara bersamaan. Aplikasi komunikasi seperti WhatsApp, Facebook, dan Zoom memungkinkan pertukaran pesan, panggilan video, dan pertemuan virtual yang mengurangi hambatan geografis. Transformasi ini tidak hanya mempercepat pertukaran informasi tetapi juga memperluas jangkauan budaya yang dapat diakses seseorang dan memperkaya pengalaman individu dengan wawasan budaya yang lebih luas.

Digitalisasi memengaruhi nilai dan norma masyarakat karena memperkenalkan perspektif baru dan memudahkan budaya asing untuk masuk. Misalnya gaya hidup dan kebiasaan dari negara-negara Barat yang sering dipromosikan melalui media digital memengaruhi perilaku dan cara pandang masyarakat di negara lain. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya popularitas gaya hidup minimalis, tren fashion, dan makanan cepat saji yang berasal dari Barat dan diterima di berbagai belahan dunia. Karena pengaruh dari budaya asing tersebut banyak masyarakat yang mulai mengubah mengubah gaya hidup mereka mulai dari cara berbicara, cara berpakaian, dan lain-lain. Hal ini berdampak buruk karena belum tentu gaya hidup yang mereka ikuti sudah sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.

Meski digitalisasi membawa budaya asing, teknologi ini juga dapat menjadi alat penting untuk pelestarian dan penyebaran budaya lokal. Platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan seni, musik, tarian, dan bahasa lokal kepada masyarakat luas. Misalnya, popularitas musik K-pop dan drama Korea di seluruh dunia adalah bukti bagaimana digitalisasi dapat membantu menyebarkan budaya lokal ke ranah internasional. Demikian pula, budaya tradisional dari berbagai negara dapat dikenalkan dan diapresiasi secara lebih luas melalui konten digital.

Namun disamping itu digitalisasi juga memberikan tantangan. Salah satu risiko utama adalah homogenisasi budaya, di mana budaya lokal berisiko kehilangan keunikannya akibat dominasi dari budaya asing. Selain itu, penyebaran informasi yang cepat melalui digitalisasi juga dapat menyebabkan konflik budaya. Budaya lokal juga semakin luntur karena pengaruh digitalisasi yang membawa budaya asing masuk ke dalam negeri. Masyarakat mulai meninggalkan budaya lokal dan beralih ke budaya asing. Tidak sedikit masyarakat yang berpendapat bahwa budaya asing lebih menarik daripada budaya lokal. Hal ini menyebabkan eksistensi budaya lokal semakin menurun.

Bukti bahwa eksistensi budaya lokal mulai menurun yaitu dapat kita lihat dari jarangnya kebudayaan lokal seperti pertunjukan tari tradisional, ketoprak, dan wayang kulit yang muncul di kalangan masyarakat saat ini. Masyarakat mulai kehilangan minat kepada budaya-budaya tersebut. Hal ini dikarenakan budaya asing seperti tari ballet, tari tango, beatbox, musik-musik EDM dan lainnya yang masuk ke dalam negeri. Walaupun itu bukan budaya asli Indonesia, tidak sedikit masyarakat yang menyukai dan melestarikan budaya tersebut. Inilah yang akan membuat eksistensi budaya lokal semakin meredup. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk menjaga keseimbangan antara penerimaan budaya asing dan pelestarian budaya lokal agar keunikan budaya lokal tetap terjaga.

Sebagai generasi muda kita memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal. Karena budaya adalah warisan dari leluhur yang sudah turun-temurun dan sangat dijaga. Maka dari itu jangan sampai budaya itu hilang begitu saja seiring berkembangnya zaman. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal, contohnya seperti mempelajari tarian tradisional, memakai kain batik, menyelenggarakan festival budaya dan masih banyak lagi. Sebagai generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa hendaknya kita menjaga dan melestarikan budaya lokal serta lebih bijak dalam menyaring informasi dan budaya asing yang masuk ke dalam negeri.

Digitalisasi di era globalisasi membawa dampak yang luas pada perubahan budaya. Meski membuka peluang untuk pertukaran dan pelestarian budaya, digitalisasi juga memberikan tantangan yang perlu diatasi dengan bijak. Masyarakat bisa tetap mengikuti perkembangan teknologi digital dengan tetap menghargai dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal, sehingga kekayaan budaya lokal dapat dinikmati tanpa kehilangan keunikannya yang berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun