Mohon tunggu...
SHOFIATUL MARIFAH
SHOFIATUL MARIFAH Mohon Tunggu... Guru - GURU

Saya adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang juga mendedikasikan diri untuk keberlangsungan pendidikan Pada Anak Usia Dini, selain bertujuan untuk ikut berkontribusi dalam menciptakan generasi millenial yang berkarakter mulia, pengabdian saya juga bertujuan untuk menjadi ladang ibadah saya yang semoga menjadi perantara agar dimudahkannya dalam menggapai pahala dan ridho Allah untuk bekal di kehidupan selanjutnya, yaitu di alam akhirat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembiasaan Sholat Dhuha untuk Pendidikan Anak Usia Dini

4 November 2022   15:13 Diperbarui: 4 November 2022   15:22 2714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembiasaan Sholat Dhuha Berjama'ah Sebagai Upaya Meningkatkan Perkembangan Nilai Agama dan Moral Pada Anak Usia Dini

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada direntang usia antara 0-6 tahun. Masa usia dini merupakan periode awal yang penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia Sunanih (2017) dan hal ini biasa kita kenal dengan istilah The Golden Age. Masa ini merupakan masa terpenting dalam setiap kehidupan manusia, artinya penentu bagaimana karakter dan kepribadian seseorang terbentuk sesuai dengan bagaimana stimulasi perkembangan yang telah didapatkan sejak di masa keemasannya tadi.

Stimulasi perkembangan anak usia dini, selain didapat dari pola asuh dalam keluarga, juga bisa didapatkan di dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Menurut Wikipedia, Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan mampu menjadi wadah berproses tumbuh kembang anak secara optimal, baik dari segi perkembangan Kognitif, Literasi, Numerasi, Psikomotor, Sosial juga Nilai Agama dan Moral anak.

Sesuai dengan karakter anak yang berada dalam masa potensial, memiliki sifat dasar berupa belajar melalui meniru, sudah seharusnya kita sebagai guru wajib hukumnya memberikan contoh atau cermin yang baik-baik untuk anak. Selain dengan memberikan contoh, kita juga perlu untuk menerapkan pembiasaan dalam setiap pembelajaran agar anak memiliki pengalaman yang berarti dalam setiap pengetahuan baru yang telah ia dapat. Namun hal ini tentu tidak terlepas dari peran aktif orang tua saat mengasuh dan mendidik anak di rumah, karena anak usia dini selain belajar di rumah, anak juga banyak menghabiskan waktu untuk belajar di rumah masing-masing.

Oleh karena itu, perlu adanya peran aktif orang tua untuk ikut serta melatih dan membiasakan kebiasaan baik yang diterapkan di sekolah untuk kemudian menjadi pembiasaan juga di rumah, karena sejatinya seluruh pendidikan yang diberikan oleh guru kepada anak usia dini di sekolah, merupakan ilmu dan pengetahuan yang bersifat baik. Tidak ada satu pun sekolah, termasuk Pendidikan Anak Usia Dini yang tujuan mendidiknya untuk mencetak anak menjadi manusia yang tidak baik. Hal ini perlu dipahami oleh seluruh wali murid, sama sekali tidak akan merugikan jika pembiasaan di sekolah juga di terapkan di rumah anak masing-masing.

Banyak kegiatan sederhana yang dapat meningkatkan perkembangan Nilai Agama dan Moral anak yang dapat dilakukan sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Salah satu aktivitas yang dapat mengembangkan kemampuan Nilai Agama dan Moral Anak, yaitu Pembiasaan Sholat Dhuha Berjama'ah

Sholat Dhuha Berjama'ah, kegiatan ini memiliki beberapa tujuan capaian di dalamnya selain capaian Aspek Perkembangan Nilai Agama dan Moral anak, antara lain:

  1. Aspek Kognitif anak menjadi tahu urutan-urutan dari gerakan sholat, bentuk dari setiap gerakan sholat, karena sejatinya kegiatan beribadah membutuhkan kecerdasan. Bayangkan saja, ketika urutan setelah gerakan berdiri dalam membaca do'a iftitah langsung dilanjutkan dengan gerakan sujud, hal itu sudah menyalahi langkah-langkah tertib dalam pelaksanaan ibadah sholat kaum muslim.
  2. Aspek Motorik anak banyak dan terlatih melakukan gerakan-gerakan motorik seperti, mengangkat kedua tangan sampai ke bawah daun telinga, meletakkan kedua tangan di depan dada dengan seimbang, membungkukkan badan dalam ruku', berdiri setelah bangun dari sujud, meletakkan kepala di bawah seluruh badan saat posisi sujud, menengoh ke kanan dan kiri saat Gerakan salam.
  3. Aspek Bahasa melatih anak agar terbiasa melafalkan doa-doa dalam setiap gerakan sholat, karena anak tidak hanya perlu mengeal dan menggunakan bahasa ibu dalam proses interaksinya sehari-hari. Namun, anak juga perlu melafalkan doa-doa yang berguna untuk mendoakan dirinya sendiri serta orang-orang yang ia sayangi.
  4. Aspek Sosial dalam sholat berjama'ah sudah sangat jelas sekali bahwa kebersamaan adalah kunci dari kehidupan manusia. Semua yang anak lakukan pasti melibatkan orang lain di dalamnya, disadari atau tidak dengan pembiasaan kegiatan Sholat berjama'ah akan menumbuhkan pemahaman dalam diri anak tentang toleransi, toleransi untuk tidak mengganggu teman yang lain, memaklumi dengan adanya makmum masbuk dimana makmum masbuk merupakan makmum yang terlambat mengikuti Imam namun tetap dalam satu waktu yang tersebut.

Walaupun kita pahami, kegiatan pembiasaan ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Karena hasil produk yang kita harapkan bisa terlihat setelah melewati berkali-kali proses dan berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan lamanya. Namun dari tekhnik pembiasaan ini, selain prosesnya berulang-ulang dan hasilnya dapat terlihat dalam waktu yang lama, kabar baiknya adalah tertanamnya karakakter anak juga dapat bertahan lama bahkan bisa menjadi sifat dan kebiasaan yang continue. Kembali lagi, hal ini akan terjadi jika antara pihak sekolah dan pihak orang tua di rumah mau untuk bekerjasama melatih dan mempertahankan pembiasaan ini, agar tujuan untuk mencetak anak menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan berakhlakul karimah dapat tercapai dengan sempurna dan akan melekat abadi dalam diri anak.

Semoga info di atas bermanfaat bagi kita semua. Penulis Siti Shofiatul Ma'rifah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun