Mohon tunggu...
shofiaputri nurani
shofiaputri nurani Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI

Mahasisiwi uin maliki PIAUD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teman Sebaya yang Hebat

28 November 2022   17:20 Diperbarui: 28 November 2022   17:22 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya dihabiskan dengan bermain sepanjang hari. Pernahkah anda perhatikan ketika anak-anak baru bangun tidur siang mereka langsung melanjutkan aktivitas bermainnya, seakan-akan energi mereka telah terisi penuh setelah tidur dan siap untuk bermain sepanjang hari. Hal ini dikarenakan dalam bermain anak mampu mengeksplorasi berbagai hal yang dimana sebelumnya anak belum pernah mengeksplor dan anak akan belajar dari hasil eksplorasi tersebut.

Dengan bermain anak akan belajar berbagai hal, pada dasarnya proses belajar anak usia dini adalah melalui kegiatan bermain. Oleh karena itu mengapa di TK banyak sekali macam permainan disana. Bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi anak-anak, karena bermain dilakukan atas dasar dan keinginan mereka. 

Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak. Dalam kegiatan bermain melibatkan seluruh anggota tubuhnya yang akan mendukung perkembangan otot-otot. Selain itu pengalaman dari bermain sendiri akan menciptakan dasar yang kuat dalam pencapaian keterampilan sebagai pemecah masalah dalam kehidupannya kelak.

Bermain juga menjadi salah satu cara agar anak dapat melakukan sosialisasi dengan lingkungan sekitar terutama dengan teman sebaya nya. Keinginan seorang anak untuk diakui oleh teman sebayanya menuntut sejumlah kemampuan sosial yang perlu dimilkinya.

Bermain memiliki dua teori, yaitu teori  klasik dan teori modern. Kali ini kita akan membahas mengenai teori modern. Teori modern ini terdiri dari psikoanalitik, kognitif piaget, kognitif vgotsky, dan arousal modulation.

  • Psikoanalitik.

Psikoanalitik dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi yaitu Sigmund Freud, beliau berpendapat bahwa bermain sama halnya dengan berimajinasi atau berfantasi, dan beliau percaya bahwa bermain memberikan peran penting dalam perkembangan emosi anak, karena anak dapat melampiaskan perasaan negatif nya dalam kegiatan bermain.

  • Kognitif- Piaget         

Bermain menurut piaget bukan mendapatkan informasi baru, akan tetapi untuk meniru dan mengaplikasikan keterampilan baru yang telah ia pelajari. Selain itu piaget juga berpendapat bahwa bermain sangat berhubungan dengan kecerdasan anak, dan kecerdasan anak juga akan berpengaruh dalam kegiatan bermain anak.

  • Kognitif- Vygotsky

Vygotsky mengukapkan bahwa bermain berperan langsung terhadap perkembangan kognisi anak. Menurutnya bermain adalah self help toolyang dimana dengan bermain anak akan mengalami kemajuan dalam perkembangannya.

  • Arousal Modulation

Teori ini berpendapat bahwa bermain disebabkan karena adanya kebutuhan atau sebuah dorongan supaya sistem syaraf pusat selalu dalam keadaan siap siaga.

Bentuk perilaku sosial anak berkembang pada masa awal kanak-kanak yang terbentuk atas dasar landasan pada masa bayi. Landasan ini dibina oleh hubungan sosial dengan teman sebaya diluar rumah dan hal-hal yang diperhatikan anak. Interaksi teman sebaya adalah hubungan timbal balik antara individu dan dua orang atau lebih dengan kelompok anak-anak yang usianya sama.

Fungsi dari sekelompok teman sebaya yang paling penting adalah memberikan suatu informasi. Fungsi lain dari teman sebaya yaitu memberikan ketenangan ketika mengalami kekhawatiran. Ada beberapa bentuk tentang interaksi sosial adalah akomidasi, asimilasi, akulturasi, kerjasama, persaingan, pertentangan/ pertikaian, dan kontravensi. Interaksi yang dilakukan oleh anak-anak terhadap teman sebaya nya ini juga berpengaruh terhadap pola perilaku sosial anak.

  • Pola perilaku anak bisa dilihatdari empat dimensi
  • Anak dapat bekerja sama dengan temannya (cooperating)
  • Anak mampu menghargai temannya dengan baik dalam menghargai milik maupun pendapat (altruim)
  • Berbagi dengan teman (sharing)
  • Membantu orang lain (helping other)

  • Anak pada usia sekitar 5-6 tahun dapat dilatih agar menjadi lebih berani dalam berkomunikasi dengan teman ataupun guru mereka, mengajarkan anak untuk saling tolong menolong, bersosialisasi dengan teman, dan menjadikan anak supaya dapat saling berbagi. Teman sebaya merupakan lingkungan sosial selain keluarga yang akan mengarahkan  dan menambahkan kemampuan anak menjadi ndividu yang baik melalui evaluasi dan masukan yang positif terhadap individu lain. Untuk meningkatkan perilaku sosial anak di sekolah, guru dapat melakukan hal-hal berikut:
  • Mengikuti peraturan yang berlaku di dalam kelas
  • Belajar mengatasi konflik sosial
  • Memperlakukan orang lain dengan sopan dan santun, serta selalu mengucapkan terimakasih atau tolong
  • Memberikan perhatian kepada orang lain
  • Mengembangkan kontak mata dengan teman sebaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun