Di tengah era kompetitif ini, fenomena orang tua yang memberikan tekanan akademik berlebihan pada anak sekolah dasar semakin memprihatinkan. Meskipun keterlibatan orang tua sangat penting dalam proses belajar anak, ekspektasi yang terlalu tinggi justru dapat menjadi bumerang bagi perkembangan mereka. Dampak dari tekanan berlebihan ini menyentuh berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari kecemasan, stres, hingga gejala depresi karena takut gagal memenuhi harapan orang tua.
Dalam rangka menjalankan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai konversi mata kuliah KKN, Choirul Anwar, mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang, menginisiasi kegiatan Psikoedukasi dengan tema "Membangun Motivasi Belajar: Strategi Pendampingan Sesuai Fase Perkembangan Anak", di bawah bimbingan Resi Shaumia Ratu Eka Permata, S.Psi., M.Si. "Setiap anak memiliki proses belajar dan minat yang berbeda. Tugas orang tua adalah memahami dan mendukung proses belajar mereka, bukan memaksa mereka masuk ke dalam standar yang kita tetapkan," jelasnya.
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang berfokus pada proses pembentukan fondasi intelektual, emosional, dan sosial anak yang sangat fundamental. Pada tahap ini, siswa tidak sekadar menerima transfer pengetahuan, melainkan mengalami proses pembangunan karakter dan kemampuan dasar yang akan menjadi landasan pengembangan diri di masa mendatang. Fokus utama pendidikan di sekolah dasar bukan hanya pada pencapaian akademik semata, tetapi lebih kepada pengembangan potensi anak secara menyeluruh. Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, rasa ingin tahu, dan keterampilan sosial. Setiap aktivitas belajar mengajar didesain untuk memberikan pengalaman bermakna yang membantu anak memahami dunia di sekitarnya dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.Â
Program yang dilaksanakan pada Sabtu (23/11/2024) di SDN Dilem 1, Kepanjen, Kabupaten Malang ini diikuti oleh wali murid kelas 1. Kegiatan diawali dengan pre-test untuk mengukur pemahaman awal peserta, dilanjutkan penyampaian materi, ice breaking, dan sesi tanya jawab, serta pre-test sebagai penutup kegiatan. Para orang tua dibekali teknik-teknik praktis untuk membangun motivasi belajar yang sehat pada anak, mulai dari menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memberikan penghargaan yang tepat, hingga mengimplementasikan strategi penetapan sasaran dengan konsep SMART (Specific, Measurable, Action, Realistic, Time)
"Motivasi belajar yang sehat akan membuat anak tidak hanya berprestasi dalam akademik, tetapi juga menikmati proses pembelajarannya," tegas Choirul. Â Hal ini terbukti dari hasil evaluasi kegiatan yang menunjukkan peningkatan pemahaman peserta. Berdasarkan perbandingan skor pre-test dan post-test, sekitar 50% orang tua mencapai skor 8-10, dan nilai tersebut konsisten bahkan meningkat setelah mengikuti kegiatan psikoedukasi.
Kegiatan yang difasilitasi oleh pihak SDN Dilem 1 ini menegaskan bahwa kesuksesan akademik sejati bukan hanya tentang nilai sempurna, tetapi juga tentang bagaimana anak memiliki kecintaan terhadap proses belajar. Dengan pendekatan yang tepat dan pemahaman akan fase perkembangan anak, diharapkan dapat membantu mereka tumbuh menjadi pembelajar yang mandiri dan bahagia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H