Mohon tunggu...
Puisi

Obrolan Sang Nenek di Sebelahku

14 Mei 2011   15:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:42 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi dengan bersemangat kulangkahkan kaki dengan tujuan stasiun KA Bekasi,bergegas aku naik becak kedepan perumahanku,hari begitu cerah tak ada mendung seperti biasa kalau aku pergi kerja  terkadang naik KA kalau tidak naik BUS,rasanya lebih praktis dan ekonomis naik kendaraan umum tapi terkadang menjengkelkan juga jika sedang terjebak macet di jalan Tol,mau cepat malah jadi telat, hari ini kupilih naik KA Ekonomi AC biar ga macet dan dekat dengan tujuan.Setelah menunggu kurang lebih 20 menit di peron ahirnya datang juga keretaku,Alhamdulillah kebagian tempat duduk yang biasanya jubel-jubelan rebutan untuk duduk dan tidak kebagian lagi, nasib bagus hari itu dapat persis dekat pintu kereta,tak apalah yang penting duduk.

Hawa AC kereta yang sejuk dibarengi udara yang masih pagi membuatku sedikit mengantuk ah malu2in kalau sampai aku tertidur terus ngorok,sedang mataku merem melek tiba-tiba seorang nenek datang dan langsung duduk disebelahku sambil berkata permisi mbak.....oh silahkan mbah kataku dengan senyum manis untuk si mbah.Tak lama keretapun mulai melaju perlahan dan aku duduk tenang-tenang ga jadi ngantuk entah kenapa sejak si mbah duduk disampingku rasa kantukku langsung hilang.

Mbak mau kemana ? tanya si mbah akupun menjawab kemana tujuanku,lalu mbah bertanya lagi rumahnya dimana,aslinya mana.....? tanpa kusadari aku jadi ngobrol berdua si mbah dan aku jadi pendengar yang setia untuknya,hatiku jadi terenyuh saat si mbah tiba tiba bercerita tanpa kutanya,saya ini mbak hidup sendiri,saudara sudah meninggal  sewaktu kejadian Gempa di Yogya,suami juga sudah lama meninggal,awalnya mbah mengungsi ke Jakarta lalu pindah daerah Tambun krn ada anak disana.Rasa penasarankupun menjadikan aku bertanya balik pada mbah,loh mbah kok sendirian naik kereta api mau kemana ? dengan spontan mbah menjawab mau kerja mbak....,dalam hatiku mbah yg sudah tua begini mau kerja ? kerja apa ? sejenak kupandangi wajah mbah yang mungil ayu.nampak terlihat dari caranya berkata dan bercerita bahwa si mbah ini berpendidikan,pandai,supel,pasti dulu mudanya si mbah ayu.

Setelah puas kupandang wajah si mbah aku menarik nafas panjang,kasihan sekali mbah setua ini masih bekerja dari Tambun ke Jakarta,tiba-tiba mbah menjawab saya kerja jadi tukang cuci mbak di Pasar Minggu di Perumahan Kejaksaan,saya ini nanggung cucu anak saya 2 cucu keponakan 2,semuanya yatim piatu,orang tuanya meninggal mbak yah itu kena bencana gempa bumi itu,jadi kami semua pindah ke Tambun cari penghidupan baru mbak.ohhh Tuhan aku semakin terenyuh dengan cerita si mbah....kutanya lagi mbah dengan menyentuh tangannya,mbah ke Pasar Minggu kok naik yg ke Kota ? oh anu mbak nanti turun di Kota naik yg ke Bogor turun di Pasar Minggu sudah dekat mbak,biasanya saya naik yg ekonomi biasa turun Manggarai tapi ini kesiangan jadi naik AC untung ada yg bayarin mbak krn uang mbah hanya cukup untuk ongkos PP,lalu mbah digaji berapa mbah...? anu mbak saya di gaji harian 30.000 untuk beli susu cucu saya,untuk makan,sisanya untuk ongkos.belum nanti hbs bulan bayar sewa kamar,Ohhh tanpa terasa air mataku mengambang, kutahan tangis ini,lidahku jadi kelu dan aku jadi tertegun sejenak memikirkan keadaan mbah yang katanya umur sudah 75 th, ohhhh,seharusnya dia beristirahat dirumah menikmati hari tuanya dengan cucu2 tersayang tanpa harus bersusah payah bekerja sejauh ini,pergi pagi pulang sampai rumah sdh malam.

Lama kumerenung sendiri,ya Tuhan sungguh aku bersyukur padaMu atas nikmat yg KAU beri,nasib mbah disebelahku ini begitu menyedihkan,kasihanilah dia ya Allah,begitu banyak penderitaan dan kesusahannya,andai aku anggota DPR yg gajinya besar,yg sgl fasilitasnya dijamin,pasti mbah ini aku tolong,aku tidak bisa membayangkan dgn uang 30 ribu dia bisa menghidupi cucunya yg 4 org itu,tak terasa air mataku merembes,diam2 ku ambil tissu kuseka air mataku tanpa si mbah tahu,aku tak mau dia bertambah sedih, ah...mbah yg malang andai aku dapat menolongmu mbah.begitu kuatnya mbah menanggung semua beban hidupnya.

Main2 mbak kesana ini no saya ini hp dibelikan majikan,dgn tersenyum kujawab wah mbah ada hp juga yah,ya spy majikan bisa hubungi saya terus,hmmm...akupun bersyukur rupanya majikan mbah sptnya org yg baik hati semoga saja majikan mbah bisa berbuat lebih dari itu,dengan berpura2 mengambil sesuatu didalam tas aku mencari2 dompet,aku mau kasih mbah uang seadaku, untuk tambahan mbah beli susu dll untuk cucunya,kulihat dijendela kaca, kereta sudah dekat stasiun tpt aku turun, sambil berkata pada mbah,yang sabar ya mbah dan hati2 kalau jalan,tasnya,hpnya jgn sampai hilang,kuraih tangan mbah diam-diam dan kuselipkan sejumlah uang ditelapaknya tanpa terlihat org lain,tertegun mbah memandangku dan berkata lirih ya Allah terimakasih ya mbak ...dan dgn sgl macam kata mbah mendoakanku.

Bersiap-siap turun kucium tangan mbah yang lembut,tangan yg mulia,tangan yang tegar,tangan yang merengkuh kepedihan demi cucu tercinta,demi kehidupan yang masih panjang dilalui,diwajahnya yang polos dan lugu,memancarkan kesucian hati,kejujuran jiwa yang tanpa mengeluh tanpa mengenal lelah slalu tersenyum tiap dia berkata,mbah....sekilas berjumpa denganmu begitu banyak makna hidup kudapat darimu,Insya Allah kita akan bertemu lagi entah kapan mbah.....Wallahualam Bissawaab.

Jakarta Mei 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun