Mohon tunggu...
Ajeng Alfianur Ramadhani
Ajeng Alfianur Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Bahasa Indonesia di Era Globalisasi

20 Oktober 2024   17:31 Diperbarui: 20 Oktober 2024   17:51 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara kesatuan Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragama budaya, salah satunya ialah bahasa. Setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki bahasa daerah nya tersendiri yang berbeda satu sama lain. Dengan perbedaan tersebut mengharuskan bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dari tahun ketahun mengalami kemunduran akan masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama di kalangan generasi muda perkotaan. Fenomena sosial itu terjadi karena perspektif mereka yang merasa lebih keren atau modern ketika menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, baik dalam percakapan sehari-hari, di media sosial, maupun dalam konteks pendidikan atau pekerjaan. Mereka merasa malu atau enggan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai situasi, terutama di ruang-ruang publik atau dalam interaksi formal. Mereka sering kali menggunakan campuran bahasa, yang disebut sebagai "bahasa gaul" atau "bahasa alay", yang bisa memperlemah penggunaan bahasa Indonesia yang formal dan benar.

Selain itu terdapat dampak globalisasi, di mana pengaruh budaya asing semakin dominan dan merubah pola komunikasi masyarakat Indonesia. Sementara itu, penggunaan bahasa Indonesia sering kali dianggap ketinggalan zaman atau tidak mampu mengekspresikan konsep-konsep modern dan intelektual. Dalam beberapa konteks, rasa malu berbahasa Indonesia bahkan dapat dihubungkan dengan rendahnya kebanggaan nasional dan kurangnya pemahaman akan kekayaan budaya yang dimiliki bahasa ini.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa secara rutin melakukan survei dan penelitian mengenai penggunaan bahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Mereka mengukur tingkat kemahiran berbahasa, penggunaan bahasa yang baik dan benar di media, serta sikap masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Hasil survei ini menunjukkan tren kemampuan masyarakat berbahasa Indonesia dalam berbagai konteks. Sebagai contoh, survei tahun 2019 dari Badan Bahasa menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik di kalangan masyarakat perkotaan cenderung mengalami penurunan, terutama di kalangan anak muda yang sering menggunakan bahasa campuran (bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa gaul).

Begitu mengkhawatirkannya penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar, maka dari itu mari bersama sama mempertahankannya dengan beberapa program dan kegiatan yang menunjang penggunaan bahasa Indonesia. Seperti kurikulum sekolah yang harus menekankan pentingnya penguasaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, termasuk aspek tata bahasa, ejaan, dan penggunaan kosakata yang sesuai dengan interaktif dan kontekstual, menggunakan metode yang menarik bagi siswa seperti permainan bahasa, diskusi, atau proyek kreatif. Lalu kita juga bisa meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat, terutama generasi muda, dapat membantu mereka memperkaya kosakata dan memahami struktur bahasa yang baik dengan erpustakaan digital dan fisik harus lebih mudah diakses.

Selain itu adanya apresiasi kepada individu atau kelompok yang berkontribusi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik, seperti lomba pidato, menulis puisi, atau cerpen. Memperkuat kampanye "Cinta Bahasa Indonesia" melalui kegiatan budaya seperti festival sastra, seminar bahasa, dan lomba debat dalam bahasa Indonesia. Dan yang paling penting peran orang tua yang menjadi contoh penggunaan bahasa yang baik di rumah. Lingkungan sosial juga perlu menciptakan atmosfer di mana penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi norma. Dengan pendekatan kolaboratif dari berbagai pihak pemerintah, sekolah, media, dan masyarakat maka penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan generasi muda dapat tercapai.

Rasa malu berbahasa Indonesia adalah masalah sosial yang perlu diatasi, bukan hanya demi mempertahankan bahasa nasional, tetapi juga demi memperkuat identitas dan kebanggaan bangsa. Karena kita masyarakat Indonesia yang menghuni tanah Indonesia yang seharusnya kita lindungi dan cintai. Dengan demikian, rasa malu ini seharusnya dikikis dan digantikan dengan kebanggaan terhadap bahasa ibu yang telah menyatukan ribuan suku di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun