Mohon tunggu...
Suci Shofia
Suci Shofia Mohon Tunggu... -

ibu 2 anak, suka membaca dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jaga Tubuhmu, Nak...

20 April 2014   17:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:26 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jaga Tubuhmu, Nak...

Media cetak dan media online saat ini gencar menyuguhkan berita kekerasan terhadap anak seperti pemukulan, penganiayaan, dan pelecehan seksual. Sangat mengkhawatirkan dimana begitu banyak orangtua yang memiliki anak usia balita yang mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Perlu diketahui, ada beragam jenis kekerasan terhadap anak yaitu kekerasan fisik, psikis dan seksual. Contoh kekerasan fisik seperti mencubit, memukul, menendang. Sedangkan kekerasan psikis seperti menghina, merendahkan, memaki. Contoh kekerasan seksual, seperti pencabulan, pelecehan, sodomi. Setiap tindak kekerasan yang terjadi akan menimbulkan trauma yang cukup mendalam bagi korban dan memakan waktu cukup lama bahkan seumur hidup. Tindak kekerasan bisa terjadi di mana saja. Di dalam rumah, di lingkungan terdekat seperti taman bermain, tempat anak belajar di luar jam sekolah, sampai di lingkungan tempat anak sekolah. Pelaku kekerasan tidak jauh dari dunia anak, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa pelaku adalah orang yang kita kenal.

Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 54 diatur bahwa: “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya”.

Maraknya kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah, membuat kita para orangtua yang memiliki anak usia sekolah merasa sangat khawatir, bahkan paranoid. Dampaknya berbagai pengawasan ekstra ketat kita lakukan demi melindungi mereka.

Kita tentu berharap kepada semua pihak mulai dari pengasuh, sopir pribadi, guru dan karyawan sekolah, pengajar di tempat bimbingan belajar, guru ngaji, tetangga di wilayah tempat tinggal kita, sampai ke tingkat pemerintah untuk mencegah terulangnya tindak kekerasan terhadap anak.

Sebagai orangtua, notabene paling sering berinteraksi dengan anak, juga harus lebih aktif membekali anak dengan hal-hal positif demi keselamatan mereka. Kenalkan pada anak bagian-bagian anggota tubuhnya atau sex education. Sampaikan dengan jelas apa nama bagian tubuh tersebut. Tegaskan bahwa ada anggota tubuhnya yang tidak boleh disentuh oleh siapapun, kecuali untuk keperluan medis. Yaitu alat kelamin (penis dan vagina), pantat, paha, dan payudara.

Biasakan anak untuk tidak telanjang, kenalkan rasa malu jika anak tidak berpakaian lengkap. Juga tidak pipis disembarang tempat, yang memungkinkan orang lain melihat alat kemaluannya.

Ajarkan kepada mereka untuk berani berkata “tidak” ketika ada orang yang membuat dia merasa tidak nyaman. Ketika situasi tidak kondusif, ajarkan anak untuk mencari pertolongan orang lain. Bisa dengan berteriak, atau melawan pelaku kekerasan. Tanamkan pada anak untuk tidak takut pada ancaman. Sampaikan kepada mereka bahwa ketika ada orang yang mengganggunya, minta anak untuk bercerita kepada kita, orangtuanya.

Hal yang tidak kalah penting adalah hubungan orangtua dan anak perlu dijaga supaya tetap harmonis. Posisikan diri sebagai teman bagi anak. Tanyakan segala aktivitas anak, apa saja yang dilakukan hari ini, apakah dia merasa senang dengan aktivitasnya. Buat anak merasa nyaman ketika berbicara dengan kita. Bukan melulu soal PR, rangking, nilai-nilai yang akan membuat anak semakin tertekan. Apabila hubungan orangtua dan anak terjalin dengan baik, anak akan leluasa bercerita kepada kita tanpa rasa khawatir mendapatkan reaksi negatif.

Kita sebagai orang dewasa perlu berpartisipasi aktif dalam mencegah semakin meningkatnya tindak kekerasan terhadap anak. Mulai dari sekarang, kita ajak semua pihak untuk sadar tindak kekerasan yang merusak masa depan anak-anak kita. Kekerasan bukan hanya merusak fisik, tapi juga psikologis anak hingga kelak mereka dewasa. Save Our Children.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun