Kabupaten Malang merupakan kabupaten terbesar kedua setelah Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur. Kabupaten Malang berbatasan langsung dengan Kota Malang tepat di tengah-tengahnya dan juga merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya yaitu Kota Batu, Kota Malang dan juga Kabupaten Malang.
Sebagian wilayah Kabupaten Malang adalah dataran tinggi dan pegunungan sehingga memiliki hawa yang sejuk. Selain dataran tinggi dan pegunungan, daerah Kabupaten Malang terdapat banyak pantai. Oleh karenanya kabupaten malang memiliki banyak destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan, mulai dari destinasi wisata sejarah, kuliner sampai wisata alam.
Salah satu wisata alam yang rekomendasi untuk untuk dikunjungi adalah pantai. Â Misalnya adalah Pantai Watu Leter. Pantai Watu Leter terletak di Dusun Rowotrate, Desa Sitirejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Dari Kota Malang berkisar jarak 60 KM dan untuk sampai ke sana perlu waktu sekitar 3 jam, bila kondisi lalu lintas normal. Pantai Watu Leter ini masih satu jalur ke arah Pantai Sendang Biru, sebelum sampai ke Pantai Watu Leter kita harus melewati pantai Goa Cina terlebih dahulu.
Suasana Pantai Watu Leter masih alami, karena jarang dikunjungi oleh wisatawan. Medan jalan masuk ke pantai yang terjal membuat mobil tidak bisa mengaksesnya, sehingga pengunjung hanya bisa membawa kendaraan bermotor.
Ketika kita masuk ke pantai akan disuguhkan pemandangan yang masih sangat alami dengan sedikit pengunjung. Hal itulah yang kadang membuat kita terlena akan keindahan pantai sehingga membuat kita terlupa akan keamanan yang harus selalu kita jaga.
Saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman yang saya alami di pantai ini. Selepas saya dan teman-teman sampai ke pantai. Kami memutuskan untuk beristirahat serta melakukan ibadah terlebih dahulu.Â
Kami pun pergi ke warung terdekat pantai, di warung ini terdapat tempat beribadah. Karena kami rombongan beberapa anak, kami memutuskan untuk beribadah secara bergantian, sebagian menjaga barang dan yang lain beribadah. Ini dilakukan untuk menjaga keamanan, Di samping memang tempat ibadah yang kecil.
Setelah beribadah, saya mencoba mencari ponsel yang saya taruh di bagian depan tas saya. Tapi, setelah saya rogoh ternyata nihil. Padahal saya ingat betul, bahwasannya sebelum saya beribadah, saya masih sempat bermain ponsel. Saya pun bertanya kepada teman saya yang letaknya persis di depan tas saya itu.
Dia menjawab tidak tahu. Kemudian kami bersama-sama membongkar tas saya, tapi nyataya tetap nihil. Saya panik! Teman-teman yang saya beritahu juga panik. Di sana hanya ada dua pengunjung lain, dan teman-teman tahu kalau pengunjung itu tidak mendekati tas saya sama sekali.
Akhirnya dengan keadaan panik, kami semua mencari ponsel saya yang hilang. Memang kebetulan saat itu ponsel saya adalah ponsel baru, maka tidak heran yang menjadi sasaran empuk maling adalah ponsel saya, terlebih ponsel saya berada di tas bagian depan. Kemudian kami mulai mencarinya dengan bertanya kepada siapa saja.
Dari mulai penjaga warung, penjaga toilet dan orang-orang di sana. Setelah kami bertanya kepada penjual, penjaga toilet dan orang-orang yang ada di sana, kami merasa janggal. Kenapa mereka semua seperti acuh dan tak acuh. Menjawab seadanya dan tidak mau perduli. Seakan sudah mengerti bahwasannya hal itu merupakan lumrah begitu kiranya.