My life is adventure,saya dan ulang tahun.Nyaris setelah lulus SMA tepatnya setelah usia saya melewati 17 tahun atau swet seventeen saya lupa dengan tgl kapan saya dilahirkan.Saya baru ingat ketika ada sms atau kado di meja kamar saya,padahal ketika saya SMP dan SMA saya pasti merayakan bersama sahabat sahabat saya walau itu hanya sekedar makan di restoran.Saya tidak berani mengatakan saya dewasa karena kealpaan saya yang tidak lagi merayakan hari kelahiran saya,mungkin kesibukan saya menuju masadepan yang tidak pasti membuat saya tidak lagi ingat eufhoria hari ulang tahun saya.
Eufhoria dan eksistensi,saya ingat ketika hari kartini salon salon penuh dengan ibu ibu yang berdandan ala kartini.Padahal inti dari memperingati hari itu bukan dengan sanggul besar,dandan menor yang hanya sehari itu.Tapi bagaimana perempuan itu bisa terlihat cantik dan menyenangkan sepanjang hari-hari,menor bukan hanya di dandanan tapi juga pelayanan kepada para suami.Bagaimana cara mereka bersilaturrahmi dan bermasyarakat bukan hanya silaturrahmi ke mall –mall dan hanya kenal barang barang branded menenteng barang belanjaan
Terkadang eufhoria memang sering mengesampingkan eksistensi,seperti juga adat yang terkadang mengalahkan agama.Saya jadi ingat sahabat saya mas fariz yg gagal menikah karena ada adat tawar menawar harga calon istrinya,karena sebelum mengenal mas fariz istrinya sudah ada yang pasang harga dan mas faris jika ingin menikah dengan istrinya harus memberi penawaran tertinggi.Meski saat itu ada bisikan nanti bakal di talangi separuh dari harga penawaran tetap saja ego kelakian dan harga diri keluarga merasa terinjak.Dan kisah cinta yang sudah terjalin tiga tahun lamanya kandas.
Khitbah pertunangan,sebenarnya sekedar tanda bahwa sang kekasih telah dilamar dan terikat janji,seperti syariat rasul kita dilarang melamar perempuan yang sudah di lamar oleh saudara kita dalam artian lelaki lain.Tapi terkadang acara hantaran dan atributnya malah menimbulkan pembicaraan atau gossip,padahal eksistensi dari khitbah itu untuk menghindari pembicaraan yang tidakbaik.Haha….saya jadi tertawa,menertawakan diri sayayang terlalu simple dan tak ribet dengan atribut yang ribet,lalu apakah saya tidak akan mengikuti adat dan istiadat yang ribet dan meributkan itu? Saya adalah pemberontak tapi saya lebih senang berdamai dan patuh pada adat dan istiadat yang memang hasil kolaborasi pemikiran manusia,karena saya makhluk social tapi saya akan mendoktrin mereka bahwa
“di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna,jika kesempurnaan itu karena apa yang terlihat maka di mata saya dia sempurna”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H