Mohon tunggu...
sofa unnafis
sofa unnafis Mohon Tunggu... Guru - Guru

Selain ngajar, pengen bisa nulis juga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berdifensiasi, Berpihak Pada Murid

1 September 2024   13:26 Diperbarui: 1 September 2024   13:41 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum Merdeka, memerdekakan murid. Mungkin pernyataan singkat ini akan menimbulkan miskonsepsi bagi sebagian orang, baik guru maupun murid itu sendiri. Memerdekakan disini bermaksud memerdekakan ekspresi murid dalam proses belajar. Mereka diberi ruang 'kebebasan' untuk memilih bagaimana ia akan belajar, bagaimana proses yang akan menjadi pengalaman belajarnya, serta bagaimana ia menuangkan hasil belajarnya.

Ki Hajar Dewantara dalam filosofi pendidikannya menyampaikan bahwa pendidikan itu menuntun. Menuntun kodrat anak-anak berdasarkan kodrat alam dan kodrat zamannya. Sebagai seorang guru, kita harus memiliki nilai agar mampu menjadi seorang penuntun, juga teladan bagi murid-murid kita. Guru harus berperan sesuai perannya di sekolah, dimana semua perannya ini kembali untuk menuntun murid dan menjadi diri yang lebih berkualitas.

Guru adalah pemimpin pembelajaran di kelas, ia berperan memegang kendali pembelajaran namun bukan diktator yang memaksa murid untuk melakukan ini itu sesuai keinginannya. Dalam hal proses belajar inilah, pada kurikulum Merdeka murid menjadi objek perhatian utama. Murid harus bisa belajar dengan nyaman, aman, percaya diri dan yakin pada potensinya. Sekolah sebagai tempat belajar menjadi faktor pendukung terlaksananya pembelajaran yang aman dan nyaman. Baik suasananya, ketersediaan sarana dan prasarananya, juga interaksi sosialnya.

Sekolah dituntut menjadi tempat yang menyenangkan, agar murid dapat belajar serta merasa senang saat berada di sekolah. Selain itu sekolah harus memiliki budaya yang positif untuk membangun serta menumbuhkan budaya positif pada murid, baik dalam berperilaku, berkomunikasi, dan berekspresi. Murid mampu menjadi dirinya sendiri yang berbudi luhur.

Pada proses pembelajaran di dalam kelas, guru menghadapi sejumlah murid di kelas yang memiliki banyak sekali perbedaan. Berbeda dalam cara belajar, minat belajar hingga berbeda kemampuannya. Setiap murid berhak belajar serta mendapatkan bimbingan dari guru, lalu bagaimana guru bisa menghadapi keberagaman di dalam kelas ini?

Untuk menjawab persoalan di atas, para pakar pendidikan telah merumuskan pembelajaran berdiferensiasi. Yaitu pembelajaran yang dianggap mampu menjembatani perbedaan murid di kelas. Pembelajaran berdiferensiasi ini bukan untuk membeda-bedakan murid sehingga terjadi kesenjangan, justru diferensiasi ini melayani murid sesuai dengan kebutuhannya. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dilakukan sebagai respon guru terhadap murid. Respon setelah guru melakukan asesmen awal pembelajaran. Berdiferensiasi pada prakteknya pengelompokkan belajar, namun mengelompokkan murid bukan berdasarkan pintar dan kurang pintar, namun didasarkan pada asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran.

Tahapan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan asesmen awal untuk mendiagnosa kemampuan murid sehingga dapat dikelompokkan sesuai kemampuan di asesmen awal. Selanjutnya guru dapat melakukan diferensiasi konten atau materi yang disampaikan kepada kelompok-kelompok yang sudah terbentuk, selanjutnya murid akan melakukan proses belajar bersama kelompoknya dan semua mendapat pendampingan dari guru. Lalu murid-murid ini masing-masing diberikan ruang untuk menyajikan hasil belajar. Pada diferensiasi produk, murid bebas menyajikan hasil belajar mereka dalam berbagai bentuk penyajian, berbentuk video, teks, peta konsep, infografis, rekaman atau yang lainnya. Dari diferensiasi yang dilakukan ini diharapkan murid bebas berekspresi dan semakin berkembang potensi dan nalar berpikirnya. Dengan demikian pembelajaran berdiferensiasi sangat membantu guru untuk memenuhi kebutuhan murid, sehingga pembelajaran berpihak pada murid dapat diwujudkan. Tidak ada pemaksaan, tidak mengotak-kotakkan murid dan tidak ada murid yang tertekan karena ia merasa tertinggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun