[caption caption="Bemo yang ngetem mencari penumpang (photo by : Lombok Post)"][/caption]Kota Mataram mempunyai luas wilayah 61,3 km2 , berada di sisi tengah barat pulau Lombok. Tidak begitu luas untuk sebuah kota Metropolitan, namun mobilitas penduduk disini cukup sibuk terutama di pagi hari pada saat jam kerja, siang dan sore hari saat pulang kerja. Sebagian besar penduduknya menggunakan kendaraan pribadi sebagai penunjang mobilitasnya. Prosentase yang terbesar tentu saja adalah motor.
Pesatnya kendaraan pribadi, menyebabkan beberapa tahun belakangan ini, Kota Mataram sudah hampir seperti kota Metropolitan. Ketika pagi hari, macet sudah mewarnai jalan-jalan utama di kota Mataram. Jalan Pejanggik, Jalan Bung Karno, Jalan dr. Wahidin sudah menjadi biasa macet dikala pagi hari. Para pekerja baik yang bekerja di pemerintahan ataupun swasta bersamaan dengan anak-anak berangkat ke sekolah. Angkutan umum yang beroperasi hanya angkutan kota dengan mobil jenis carry, berwarna kuning biru ataupun kuning merah. Orang lombok menamakannya BEMO. Selain itu ada taksi, atau ojek, sebagai angkutan umum alternatif.
Ada beberapa jurusan yang dilayani “BEMO” di kota Mataram, tetapi yang melintasi pusat kota hanya ada 1 jurusan, yaitu jurusan Ampenan – Bertais. Selebihnya berada di perbatasan kota Mataram, seperti bemo Jurusan, Ampenan – Senggigi, yang berbatasan dengan Kecamatan Batu Layar yang berada di Kabupaten Lombok Barat. Atau Bemo jurusan Cakranegara – Narmada , yang juga merupakan berbatasan dengan kabupaten Lombok Barat.
Kalau digambarkan sebagai pola, maka rata-rata rutenya adalah memanjang dari Barat ke Timur wilayah kota Mataram, kecuali untuk jurusan Ampenan – Senggigi, ke arah utara. Para penglaju yang bertempat tinggal di bagian utara kota Mataram, menuju ke bagian selatan kota Mataram, pasti akan sangat kesulitan. Karena tidak ada satupun rute yang membelah kota Mataram dari Utara ke Selatan. Padahal daerah utara dan selatan merupakan kantung-kantung daerah pemukiman satelit seperti layaknya Tangerang ataupun Bekasi.
Oleh karena itu peminat angkutan BEMO ini sangat minim. Bahkan sangat jarang penumpang. Populasi BEMO yang terus menyusut, karena berusaha dibidang ini sangat tidak menguntungkan. Masyarakat kota Mataram lebih baik memilih sepeda motor, ataupun jika angkutan umum, yang dipilih adalah taksi. Karena dengan Taksi lebih nyaman dan ongkosnya pun murah. Dan taksi disini pun melayani penumpang jarak dekat walaupun tarifnya tidak merubah argo, selama bukan memesan.
Mengapa perkembangan bemo sebagai angkutan umum mengalami banyak hambatan? Tidak banyak info yang penulis dapat, namun ada isu yang mengatakan bahwa ada benturan dengan para kusir cidomo dalam mengembangkan rute, yang dikhawatirkan akan mematikan usaha mereka. Dari mulai tahun 2002 sampai tahun 2016 saat ini, rute yang ada tetap Ampenan – Bertais (Cakranegara).
Oleh karena itu, saya sampai menyarankan ke teman-teman saya yang ingin berkunjung ke Mataram, lebih baik menggunakan taksi. Karena, sudah mulai langkanya BEMO. Kalaupun ada, terkadang sering ngetem, bahkan kadang-kadang menyusuri rute yang bukan jalurnya untuk mencari penumpang.
Bisa dibayangkan, jika kondisi Mataram terus begini, maka kemacetan seperti kota Jakarta akan hadir di kota Mataram ini, karena minimnya transportasi massal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H