Mohon tunggu...
shoepindra
shoepindra Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Profesi Elektromedis

Teknisi yang seneng jalan2 dan suka menulis wlopun acak2an,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penipuan Berkedok Ketinggalan Dokumen

7 Maret 2016   09:35 Diperbarui: 7 Maret 2016   09:52 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemaren lusa, paman saya datang tergopoh-gopoh pada suatu sore. Tujuan utamanya adalah menanyakan rekening bank saya. Tentu saja saya bertanya, untuk apa? Dan dia pun bercerita,..ada seseorang yang memberi dokumen ( temen paman saya), mengatakan seorang turis tertinggal dokumennya. Temen paman saya ini menemukannya, tapi dia tidak mengerti baca tulis, sehingga menyampaikannya kepada paman saya. Didalam dokumen tersebut ada beberapa surat, seperti surat ijin dan entah surat apalagi, dan cek yang nominalnya sebesar 4,5 M. Juga terdapat nomor HP yang bisa dihubungi.

Akhirnya, oleh paman saya, dihubungilah nomor telepon tersebut, dan ada jawaban dari seberang sana. Ketika paman saya menyebutkan telah menemukan dokumen, sontak sang penerima telepon menjawab "Alhamdulillah ..". Padahal isi dokumennya belum dijelaskan. Tapi waktu itu belum menaruh curiga apapun. Dia mengucapkan terima kasih banyak, dan akan mengirimkan uang sebagai tanda terima kasih, meminta nomor rekening, serta mohon dijaga dokumen tersebut, nanti dia akan menghubungi lagi. Tapi sebelum telepon putus, paman saya mengatakan bahwa dia tidak punya rekening bank, yang punya adalah keponakan (saya). Dan dia menjawab tidak apa-apa, nanti saya akan dihubungi juga.

Dan begitulah .. sampailah, paman saya ini dirumah saya. Tidak lama yang punya dokumen pun menelpon ke paman saya, dan menanyakan nama saya sebagai pemilik rekening banknya. Seperti diatas, dia mengucapkan terimakasih juga dan akan segera mengirim uang sebagai tanda terimakasih. Dia mengatakan bagaimana mekanisme pengirimannya dengan cukup panjang dan bikin puyeng kepala. Karena sebenarnya saya sudah tahu, untuk transfer tidak perlu begitu ribet. Tapi dia mengatakan alasannya bahwa, karena uang yang dipakai adalah uang yang sangat besar dan dari milik perusahaan. Oke..sampai sini saya masih coba mendengarkan apa maunya. 

Sampailah pada pembicaraan, proses pengambilan di ATM. Bahwa saya harus datang ke ATM dan dia akan mengirimkan Security PIN (!?). Nah ..disini dah mulai curiga, tapi masih saya tanggapi. Dan pada saat mengatakan ini " Bapak harus ke ATM dan jangan bareng-bareng ya pak..karena khawatir akan disalahgunakan orang lain, dan carilah ATM yang agak sepi, karena duit yang akan saya kirimkan besar, sebesar 200 juta"

Bingo...fix, saya yakin ini adalah penipuan. Karena saya paham, dan sudah mengenal modus ini. Ketika datang ke ATM pasti dia akan mencoba memandu, dan tanpa sadar pasti yang punya ATM mentransfer ke rekening yang dituju. Rekening yang dituju ini ya..Security PIN itu. Langsung saya matikan HP, dan saya sampaikan ke paman saya, jika dia menelpon lagi, bilang saja dokumennya dititipkan di kantor polisi, silahkan hubungi polisinya. 

Mudah-mudahan ini tidak terjadi pada yang lain. Poin utamanya adalah, waspadalah ketika ada orang yang tidak dikenal menyuruh kita ke ATM, dengan alasan apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun