ramai diluar kulit ramai dirasakan
Penuh darah dan cairan
Mulut tersumpal tak bisa makan
Tapi tak bisa kuingat keseharian
Hanya bisa men ceritakan
Awal tak tahu bagaimana ku bisa disitu
Mungkin sudah ditakdirkan dan harus begitu
Mungkin juga karna cinta yg bersatu
Kata kata yang bawa darahku semenjak itu
Tidak banyak hari ku terkurung selalu
Cumak 280 hari serasa 40 minggu
Bergerak gerak dan tak lupa jurus tendanganku
Tak sabar untuk keluar dari kurungan itu
Agar cepet aku bisa bertemu
Pujaan hatiku yang menantiku selalu
Jika suatu saat pas takdir itu jitu
Apakah sama jalan yang kurasa itu
Apakah sama menantiku
Untuk tujuan yang menggebu
Dan akhirnya sore hari itu tlah tiba
Pilihan waktu takdirnya yang sejuk hawanya
Ku dipaksa dari ruang keheningan yg sempitnya
Dan tak tahu mengapa, rasa malu tak ada
Sehelai kain  pun taak ikut  dikulitnya
Dan malah keras  bersuara
Apa karena tendangan tak lagi mengenai nya
Dan waktu berlalu, rasa Terima kasihku
Yang tak akan bisa mengganti semua ceritaku
Dengan segala upayaku, bahkan harta ku
Bahkan segala isi di bumiku
Terima kasih ibu
Dihari kesakitanmu hari itu,
Bisa tersenyum melihatmu
Dengan memberi sedikit jerih jemariku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H