Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling ataupun penyuluhan. Lebih tepatnya, Â bertugas memberi pengarahan yang biasanya akan menyelesaikan/meluangkan pikiran yang mengganjal dari para kliennya, sehingga mereka menjadi "PLONG".
Sebagai konselor yang baik dan profesional, haruslah memiliki pengertian serta menjalin komunikasi baik pada klien.
Bukan komunikasi pada umumnya, nama  komunikasi ini ada untuk para konselor. Komunikasi apakah itu???
"Komunikasi terapeutik" Yahhhh, komunikasi itu merupakan komunikasi yang bertujuan untuk mempercepat penyembuhan klien secara psikologis, dimana klien secara sadar menjalani komunikasi tersebut. Komunikasi tersebut dilakukan secara dinamis, dimana konselor sebagai active listening sehingga konselor merasa dihargai.
Jalannya komunikasi ini dibantu dengan kemampuan empati dari seorang konselor, dimana konselor dapat menempatkan diri dan merasakan apa yang klien alami, sehingga klien merasa nyaman, aman dan cocok ketika mengekpresikan emosi dan masalahnya.
Selain berkomunikasi dengan verbal ( kata-kata ), seorang konselor juga harus dapat memahami dan berbicara secara nonverbal seperti bagaimana respon wajah, tangan, dan posisi tubuh ketika menyimak perkataan klien. Hal ini sangat penting dilakukan, karena ketika konselor salah memberikan komunikasi non verbal maka klien akan merasa tidak dihargai.
Pada tahapan ini terdapat tahap interaksi (tahap konselor merefleksi diri dan mencari informasi terkait permasalahan klien), tahap orientasi atau perkenalan (tahap konselor memperkenalkan diri kepada klien dan memberikan kesan positif kepada klien dan melakukan kontrak kerja), tahap kerja
(tahap konselor mulai melakukan komunikasi dan diskusi terkait permasalahan klien dan memberikan aura positif kepada klien untuk mencapai kemandirian klien dalam memutuskan masalah), dan tahap terminasi (tahap terakhir dari komunikasi terapeutik, dimana konselor mengakhiri pertemuan dengan klien).
Kemampuan empati seorang konselor sangat menentukan jalannya komunikasi, hal ini disebabkan karena kenyamanan seorang klien dalam bercerita bergantung pada respon dan kecocokan klien dengan konselor, baik ide atau pikiran. Dengan pengertian-pengertian akan kliennya, barulah seorang konselor dikatakan berkemampuan empati dan memiliki karakter yang sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H