Mohon tunggu...
Leo Angelo
Leo Angelo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cooperatores Veritatis, Bangga bertumpah darah Indonesia,Pecinta Gotong Royong,Sangat percaya kepada kekuatan doa,kerja keras,kesabaran dan ketekunan. Berjuang mewujudkan & ingin menyaksikan (dalam masa hidupnya) Indonesia Raya yang Mandiri, Berdaulat, Sejahtera, Terdidik dan Bersatu. Pecinta Bunda Maria dan Yesus Kristus, Pendukung Kehidupan,Penentang perceraian. Sekarang berkarya dan mencari penghidupan lewat mendesain rupa, produk, importir & peneliti sejarah mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nilai manusia Indonesia, Wilfrida & Prabowo Subianto

17 September 2013   13:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:46 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini sama sekali bukan artikel pencitraan! Saya geram sekali membaca komentar-komentar pedas yang bermunculan di media sosial maupun pembicaraan sehari-hari.. Saya tidak dibayar, saya menulis ini karena heran sekali kenapa banyak hal-hal menyangkut KEBENARAN yang tidak pernah disuarakan.

Sekarang coba saya tanya kepada anda yang mungkin sedang membaca artikel ini, pernahkan anda naik bus/angkutan umum yang penuh sesak? Pernahkah anda menunggu dan mengantri seperti hewan ternak di halte-halte busway? Pernahkah anda hampir mati lemas karena sesaknya keadaan disekitar anda.. jok yang bau, asap rokok, kursi karatan, kondektur, bunyi mesin berisik, dan supir angkutan umum yang berpakaian seadanya, atau menunggu begitu lama karena angkutan tersebut “ngetem” demi mendapatkan tambahan uang setoran..

Beberapa orang akan kembali berkata sinis, “Ini maksudnya apa..? itukan hal biasa??” Ya, tentu saja biasa!!  Karena hal-hal ini terjadi pada orang lain-saudara sebangsamu, dan bukan terjadi pada diri ANDA sendiri. Orang-orang yang secara tidak sadar kau anggap NILAI-nya lebih rendah dari dirimu. Sejak 1998, orang Indonesia semakin terpecah-pecah, egois dan materialistis. Jauh sekali dari gambaran para bapak bangsa tentang sebuah bangsa yang ber-Ketuhanan dan ber-gotong royong. Semua cari selamat sendiri-sendiri.

Pembaca sekalian, orang-orang yang saya sebutkan diatas tadi (bersesakan di bus)-berhak juga untuk hidup lebih baik.. bukan karena mereka pemalas, ataupun jalannya takdir.. tapi karena akses mereka kepada pendidikan, perumahan dan kesehatan yang berkualitas tidak ada! Mereka dilahirkan TIDAK dengan kesempatan yang sama, seperti kebanyakan orang.. Sehingga, walaupun mereka berjuang, membanting tulang sekeras mungkin..mereka tidak akan pernah bisa menjadi seperti saudara-saudara mereka yang mendapatkan pendidikan berkelas internasional ataupun didukung keuangannya secara penuh oleh orangtua mereka.. Mereka tidak masuk hitungan. Dan mereka terlalu lelah bekerja untuk bertahan hidup, sehingga mereka menerima saja apa yang terjadi-sambil berharap, mungkin dengan DOA dan KERJA.. suatu hari anak-anak mereka akan punya keadaan yang lebih baik.

Sekarang saya tanyakan lagi, bagi para kelas pekerja di kota (misalkan saja Jakarta) yang hidup dengan “keras” seperti ini.. adakah yang pernah membela mereka? Adakah yang pernah peduli? Adakah yang mau luangkan waktu untuk meberikan teladan atau solusi bagi mereka?

TIDAK.NGGAK ADA. Yang ada hanya kampanye-kampanye kosong dari berbagai lembaga ini-itu yang ujung-ujungnya tanpa solusi.. seperti bermain drama saja. Bantuan-bantuan ataupun kegiatan-kegiatan sosial hanya akan mengarah ke kantung-kantung kecil dari aktivis-aktivis tersebut.Ataupun, kalau berhasil..hanya menyentuh kalangan yang mapan..sedikit diatas kalangan pekerja kota yang kasihan ini.

Indonesia perlu KEPEDULIAN.. kita selama ini sudah tumpul dan tidak lagi punya rasa. Asalkan keluarga dan diri sendiri selamat, cukuplah..mari nikmati.

Wilfrida adalah contoh yang lebih buruk nasibnya daripada kalangan pekerja kota yang bersesakan di bus kotor tadi, dia terpaksa harus menjadi korban para pelaku perdagangan manusia yang memalsukan dokumen dan menjualnya kepada majikan asing yang memperlakukannya TIDAK SEPERTI MANUSIA. Dan tidak ada yang perduli, kenapa..? yah, karena mengurusi ini tentu tidak ada untungnya. Mungkin pembesar-pembesar negara lebih senang mengurusi pilkada, proyek-proyek kementrian, penggalangan massa, menutupi kasus korupsi, mengubur skandal keluarga, bikin kesepakatan dengan pemodal-pemodal asing, album musik, Miss World, persiapan menjadi Capres dan Cawapres.., memelihara kaum preman untuk sesekali bikin kekacauan yang bisa "mengalihkan" perhatian.

Ketika semua orang meneruskan pola destruktif ini, muncullah seorang tokoh nasional yang menyuarakan nasib Wilfrida.. serta-merta media sosial dan manusia-manusia egois langsung dengan spontan berkata.. “PENCITRAAN TUH..!” Menurut saya ini menyakitkan hati sebagai seorang Indonesia-masakan ada yang membela nasib saudara sebangsanya malah dituduh sedang mencari popularitas??.., Tapi untung saja Bapak Prabowo Subianto sudah terlatih dan ditempa dengan berbagai fitnah dan tuduhan keji yang memang selama belasan tahun ini terus menerus ditimpakan kepada beliau..

Yakinlah saudara-saudara, bukan hanya para penjual manusia –tapi penjual bangsa dan negarapun BANYAK sekarang. Dan mereka ini sudah mencengkram Indonesia bahkan sejak tahun 70-an.. mereka menyusup di setiap sendi-sendi pemerintahan, dan tujuan mereka hanya melemahkan Indonesia dan mengambil keuntungan. Sungguh pengecut! Kita harus mulai membuka mata bahwa melemahkan Indonesia adalah kejahatan yang sungguh biadab, melebihi kasus-kasus HAM yang sering didengungkan itu.. Karena negara yang lemah, tidak akan bisa mengurusi rakyat, dan hal ini akan menyebabkan derita yang berkepanjangan bagi banyak orang.. siksaan hidup yang tidak pernah berhenti, turun-temurun.

Jadi, kita sekarang yang telah menjadi merdeka sejak 17 Agustus 1945-hendaknya jangan lagi punya mental kuli rendahan dan pasrah.. para pengguna busway atau kendaraan umum misalnya, lebih rajinlah menulis kiritik membangun dan saran kepada pengelola Transjakarta-jangan biarkan mereka sejenakpun bersantai-santai..kita ini sedang berjuang untuk Indonesia yang lebih KUAT, MANDIRI, DAN SEJAHTERA..bukan hanya jadi alas kaki dan mengemis kepastian hidup. Jangan pernah berhenti berjuang.. kalau bukan kita yang nikmati, anak cucu yang akan mengecapnya.

Nah, belajarlah sesuatu dari sosok Prabowo Subianto – dalam berjuang, hendaknya kita selalu bersikap ksatria dan memegang teguh nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi setiap ketidak adilan, fitnah, rencana licik dan adu domba. Sepenuhnya percaya bahwa Tuhan yang Maha Esa berpihak pada kebenaran, jalan yang benar memang sulit-tapi pasti membawa kemenangan. Jangan pernah termakan tipu daya para penghasut, galilah sejarah lebih dalam.. pahami bahwa kita semua sedang dipermainkan dengan pemberitaan media-media yang dibayar oleh oknum-oknum tertentu.Rakyat dijauhkan dari masalah bangsa yang sesungguhnya..

Teruslah berjuang! Maka niscaya setelah cobaan besar lewat, kita akan menjadi bangsa Indonesia yang bersatu,kuat, dan disegani diantara bangsa-bangsa di dunia. Semoga Wilfrida, saudari kita yang tercinta dari NTT – bisa segera bebas dan kembali pulang ke tanah air.

Selamat berjuang Pak Prabowo Subianto, perjuangkanlah nasib Wilfrida dengan sebaik-baiknya. Semoga Tuhan Yang Maha Besar selalu menyertai Bapak dan memberikan hasil sesuai dengan kehendak-Nya yang Maha Adil dan Maha Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun