Mohon tunggu...
SHITA AULIYA FEBRIANI
SHITA AULIYA FEBRIANI Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Belajar

Life is a process of maturity.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apatisme Masyarakat Pemicu Mewabahnya Covid-19

23 Maret 2020   20:20 Diperbarui: 23 Maret 2020   20:30 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menengok keadaan sebelumnya saat Covid-19 belum memasuki negara Indonesia, masyarakat Indonesia begitu bersikukuh mengeluarkan statement bahwa Indonesia kebal akan virus corona sehingga banyak masyarakat yang tidak menganggap serius keberadaan virus corona ini. 

Perilaku masyarakat tersebut didasari juga oleh pemerintah Indonesia yang tidak tanggap dan sigap terhadap persebaran virus corona, bahkan peristiwa ini seperti dianggap lelucon oleh para pejabat publik di Indonesia. Bagaimana tidak? 

Saat Indonesia menetapkan ada warganya yang positif terjangkit Covid-19, pemerintah justru mengeluarkan kebijakan diskon pesawat hingga 50% demi meningkatkan pariwisata. Hal itu menjadi keteledoran pemerintah dalam menyikapi pandemi Covid-19 yang tidak serius dan menganggap remeh.

Ketidakseriusan menanggapi hal ini (terutama oleh masyarakat) terus berlanjut hingga saat ini, meskipun jumlah yang terjangkit Covid-19 kian melonjak dengan info terakhir yang dikeluarkan oleh web resmi www.covid19.go.id sebanyak 579 warga Indonesia yang dinyatakan postif terkena Covid-19, 30 orang sembuh, dan 49 meninggal dunia.

Semakin masifnya penyebaran Covid-19 ini tidak serta merta menjadikan masyarakat Indonesia menanggapi hal ini dengan serius. Masih banyak masyarakat Indonesia yang apatis terhadap keberadaan virus corona dengan masih melakukan perkumpulan tidak penting, nongkrong, dan sebagainya. 

Padahal saat ini pemerintah sudah serius menanggapi peristiwa ini dengan memberlakukan Work From Home dengan meliburkan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pemerintah memberlakukan Work From Home ini agar masyarakatnya diam di rumah untuk mengisolasi diri agar terhindar dari Covid-19.

Selain itu, pemerintah juga menginstruksikan agar masyarakat melakukan social distancing atau pembatasan interaksi dengan lingkungan sosial. Tetapi karena masih banyak masyarakat yang apatis, instruksi pemerintah itupun banyak dihiraukan oleh masyarakat. Dengan adanya kebijakan pemerintah ini seharusnya masyarakat bisa memanfaatkannya untuk beristirahat sejenak dari segala aktifitas yang melelahkan dan berkumpul bersama keluarga.

Sayangnya, masyarakat selalu beranggapan santai dengan mengatakan "kalo sudah waktunya terkena mah ya bakal terkena, kita kan punya Allah kenapa harus takut sih sama virus corona" atau "kalo mati kena corona mah itu udah takdir Allah". 

Mari mulai saat ini kita sama-sama koreksi perkataan tersebut dan jadilah manusia yang berfikir terbuka dan tidak selfish. Kalau pun peristiwa ini selalu dikaitkan dengan kaidah agama, Allah pun memerintahkan kepada manusia untuk selalu berikhtiar sebelum tawakal, sebab ikhtiar pun adalah salah satu manifestasi dari keimanan. Kita semua pun tahu, mati itu perihal takdir yang sudah Allah tetapkan sejak di zaman ajali dan tidak bisa kita hindari, tetapi terinfeksi Covid-19 itu takdir yang masih bisa dihindari jika kita berikhtiar.

Tetapi kebanyakan orang yang menyepelekan keberadaan Covid-19 ini tidak berusaha untuk ikhtiar mengantisipasi agar tidak terjangkit virus corona dengan berdiam diri di rumah jika tidak ada keperluan yang sangat penting dan mendesak tetapi justru banyak masyarakat yang masih berkeluyuran di luar.

Seharusnya masyarakat bisa lebih aware akan bahaya persebaran virus corona ini. Maka dari itu mari sama-sama kita bantu Pemerintah untuk meminimalisir persebaran Covid-19 dengan mematuhi instruksi yang sudah disosialisasikan melalu jalur media sosial. Karena apa yang pemerintah lakukan akan percuma jika tidak ada dukungan dari masyarakat itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun