Aku juga menanyakan kenapa dia selalu ingin melihat matahari terbenam akhir-akhir ini.
 "Suntuk, jenuh dirumah terus. Banyak pikiran juga, pengen teriak sekenceng-kencengnya nanti dipantai."  Jawabnya
Aku berfikir entah apa maksud dari jawaban tersebut. Yang kutangkap dari jawabannya, dia ingin melepas keresahan yang mungkin sudah lama berkejar-kejaran dikepalannya, dia juga ingin memberitahukan pada senja perihal dirinya yang sedang tidak baik-baik saja.
Sesampainya dipantai dia bergegas turun dari motor dan langsung menuju bibir pantai. Disisi kiri dia berdiri nampak sinar matahari sore yang menyapa kita dengan syahdu, mengisyaratkan bahwa ia akan segera pamit dengan menunjukan langit jingganya yang sungguh indah untuk dinikmati.
Selepas mendapat kecupan manis dari sinar senja, dia tersenyum sumringah, menyelipkan secuil harapan pada teriknya. Setelah penantian panjang karna lama tak menjumpai senja yang membuat dia tak bosan untuk mengagumi keindahannya.
Sesuai apa yang dia bilang waktu dimotor, dia berteriak dengan sangat kencang membiarkan keresahan itu pergi terbawa oleh kegelapan selepas senja, lewat rangkaian kata yang mengartikan bahwa dirinya sedang merasakan ketenangan setelah melihat keindahannya.
Warna merah jambu perlahan menutupi jingganya, warna yang sangat indah untuk mengisyaratkan sebuah tanda perpisahan, sebelum akhirnya semua berakhir dalam kegelapan.Â
Senja memang selalu tau bagaimana cara berpamitan dengan sopan. Setidaknya ia mengukir senyuman diambang kepergian.
Indramayu, 27-10-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H