Kehadiran pembicara dalam puisi tersebut bersifat eksplisit. Aku lirik terungkap dari penyebutan kita pada bait pertama larik ketiga, yaitu "Kita harus hati-hati" (Widji Thukul, 1986)
Pada puisi tersebut, orang kedua diajak bicara, tetapi tidak menjawab. Melalui pemahaman teks siapa orangnya dan apa hubungannya dengan subjek lirik, dapat disimpulkan bahwa hubungannya ialah antara rakyat dan penguasa. Jelaslah bahwa tidak ada jawaban dari pihak kedua. Keseluruhan sajak mengungkapkan kekecewaan rakyat terhadap perilaku penguasa yang merugikan rakyat. Oleh karena itu, kehadiran pendengar dalam puisi tersebut bersifat implisit, yakni masyarakat luas.
Dalam puisi "Peringatan" karya Widji Thukul, setiap baitnya memiliki makna yang mendalam. Berikut analisis makna setiap bait puisi tersebut.
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
(Bait pertama, puisi “Peringatan” Widji Thukul)
Pada bait tersebut, pengembangan tema perlawanan rakyat terhadap penguasa disampaikan lewat pengamatan aku lirik membawa pembaca untuk melihat bagaimana situasi ketika penguasa menyampaikan pidato di depan masyarakat. Namun, masyarakat memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Tindakan ini mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap pemerintah yang terus-menerus menawarkan janji-janji manis yang tidak pernah terealisasikan. Ironisnya, pemerintah yang seharusnya pro rakyat malah terlihat acuh tak acuh terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyatnya.
Kalau rakyat sembunyi