Mohon tunggu...
Jessica Yulianti
Jessica Yulianti Mohon Tunggu... -

Mahasiswi semester 1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hidup Tanpa Gadget, Bisakah?

13 Oktober 2011   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:59 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget, suatu istilah yang mungkin terdengar asing untuk telinga sebagian diantara kita saat ini. Namun, sebenarnya gadget ini sangat familiar di kehidupan kita. Coba tengok sekeliling Anda saat membaca tulisan ini. Mungkin ada ponsel pintar, telepon genggam, pemutar musik, atau bahkan komputer yang ada di hadapan Anda pun termasuk gadget. Sekarang pertanyaannya adalah, berapa lama Anda hidup tanpa gadget? Saya sendiri merupakan orang yang dari bangun tidur sampai tidur lagi nyaris tak pernah lepas dari gadget. Dibangunkan pagi-pagi dengan alarm dari ponsel saya, lalu seharian hidup dengan ponsel pintar tak jauh dari genggaman. Nyaris setiap malam saya daring dengan komputer, entah untuk mengerjakan tugas kuliah, membuka situs jejaring sosial, atau bermain gim. Kadang, saya juga membawa komputer jinjing ke kampus untuk mengerjakan tugas kelompok. Teman-teman saya pun sebelas duabelas dengan saya. Selain membawa ponsel atau ponsel pintar, mereka suka mendengarkan musik dengan pemutar musik saat sedang bosan. Tak hanya komputer jinjing, beberapa dari antara mereka bahkan membawa sabak-e ke kampus. Nah, bagaimana rasanya jika lepas dari semua rutinitas dengan gadget itu? Saya sendiri baru mengalaminya tadi pagi (karena itu, kebetulan sekali ketika membaca koran Kompas sore hari ini, topiknya sesuai sekali dengan pengalaman saya). Blackberry saya ketinggalan di rumah karena baterainya sedang di-charge saat saya berangkat ke kampus. Saya hendak mengambilnya kembali, tapi waktunya sudah tak cukup. Akhirnya seharian saya berada di kampus tanpa menggunakan Blackberry. Saya baru merasakan bahwa saya ketergantungan kepada ponsel pintar yang satu itu. Hari ini kebetulan saya ujian praktikum dan butuh stopwatch untuk mengukur waktu percobaan. Saya rencananya akan memakai stopwatch di ponsel pintar saya itu, karena saya kebetulan juga tak memakai jam tangan. Rencana saya berantakan, tapi untunglah teman saya yang membawa dua ponsel bersedia meminjamkan salah satu ponselnya sehingga saya masih dapat melakukan ujian praktikum dengan baik. Cerita lainnya, saya batal mengikuti UKM hari ini di kampus saya gara-gara agendanya dicatat di Blackberry, dan saya lupa. Pulang dari kampus, saya mendapati ada 8 pesan Blackberry Messenger dan satu SMS. Langsunglah saya meminta maaf kepada kontak-kontak tersebut melalui status yang saya buat di Blackberry Messenger. Gara-gara ketinggalan ponsel pintar pula, saya baru tahu ada gempa di Bali sepulang dari kampus. Gadget memang bisa membuat orang ketergantungan. Padahal, saat zaman belum secanggih sekarang, rasanya hidup tanpa gadget pun tidak apa-apa. Ada yang juga ketergantungan gadget seperti saya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun