Mohon tunggu...
Shintia Puji Utami
Shintia Puji Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Statistika Universitas Airlangga

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Horror di Kampus

5 Januari 2023   09:21 Diperbarui: 5 Januari 2023   09:31 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kala itu, aku dan teman sekelompokku yaitu Hilma sedang mengerjakan sebuah project akhir yang harus diselesaikan pada hari itu juga. Kami memulai pekerjaan pukul 1 siang di area kampus. Kemudian, kamipun mulai mengerjakannya. Kami merasa waktu berjalan sangat cepat. Hingga akhirnya pukul 5 sore yang seharusnya kami sudah harus pulang, tapi kami tak melakukannya karena pekerjaan yang masih sangat banyak belum terselesaikan.

Di sela-sela kami berhenti sebentar untuk beristirahat. Setelahnya kami melanjutkan perkerjaan kami hingga tak terasa waktu magrib datang. Terdengar suara adzan berkumandang dari mushola kampus. Akhirnya, kami berhenti dan mulai beribadah. Setelahnya kami melanjutkan kembali. Namun, di tengah-tengah ternyata dari pihak kampus tidak berkenan kalau kami masih ada di kampus hingga malam. Kami diminta untuk pulang karena kampus akan segera ditutup. Akhirnya dengan hati terpaksa kami pergi meninggalkan area kampus.

Setelah pergi akhirnya kami pun kebingungan, tugas belum terselesaikan sedangkan kami tak tau harus kemana. Pasti kalian bertanya-tanya kan, kenapa tidak pulang saja? Iya tentunya pada saat itu kami berfikiran bahwasanya harus dikerjakan secara langsung dengan bertemu. Karena kalau secara daring tentunya komunikasinya takut terganggu.

Akhirnya kami melanjutkan di sebuah gazebo yang letaknya dekat dengan gedung untuk acara penting di kampus. Awalnya kami kira pekerjaan bisa secepatnya selesai, perkiraan sekitar pukul 9 malam bisa pulang. Namun, ternyata ekspektasi yang diharapkan tidak tercapai. Sampai pukul 10 malam pun masih kurang sedikit. Malam semakin dingin, nyamuk banyak menggigit tubuh, suasana makin sepi karena anak-anak sudah pada pulang.

Suasana pada saat itu benar-benar sunyi senyap. Angin seperti tidak berhembus. Perasaanpun semakin tidak karuan. Aku yang hanya berdua dengan Hilma dimana kami sama-sama perempuan juga merasakan ketakutan dan kekhawatiran. Mengapa tidak di perpustakaan saja? Atau di cafe yang tentunya lebih aman dan nyaman? Yah benar, karena alasan di awal yaitu kami selalu berpikiran bahwasanya pekerjaan kami ini bisa selesai sebentar lagi. Namun kembali ke kenyataan bahwa memang lama sekali sedangkan deadline kurang berapa jam lagi yaitu jam 12 malam.

Di tengah-tengah kami mengerjakan tugas, sekitar jam 10 malam terdengar suara orang menyapu di lapangan kosong yang terletak di seberang tempat kami saat itu. Padahal, kala itu sudah tak ada orang yang lalu lalang. Bahkan, lampu penerangan jalan pun sudah dimatikan. Terbesit rasa takut, aku sudah menduga bahwasanya secara logika tidak ada orang menyapu pada jam-jam istirahat ini. Pikiran-pikiran lain mulai muncul. Aku yang sebelumnya membaca bahwasanya jika terdengar suara orang menyapu saat tengah malam, bisa dipastikan itu bukanlah orang sungguhan. Melainkan, makhluk tak kasat mata yang konon katanya rambutnya jatuh menyapu ke tanah.

Bulu kuduk pun merinding, namun tetap meyakinkan diri untuk bisa secepatnya menyelesaikan tugas. Singkat cerita, akhirnya pekerjaan sudah terselesaikan mepet dengan deadline. Saat sedang mengemas barang-barang aku sangat terkejut. Karena tampak baju putih yang sedang duduk mengamati kami dari jendela. Seketika aku termenung, menunduk sebentar dan mulai fokus untuk segera pulang. Hal-hal yang seperti itu jangan dipikirkan lagi. Tanpa aku cerita dengan Hilma karena takut kalau dia kepikiran dan takut juga. Akhirnya kami bergegas pulang.

Saat mau pulang, tampak pak satpam yang sedang berkeliling untuk pengamanan area kampus. Akhirnya ada orang juga. Awalnya kami takut kalau kena sanksi atau pelanggaran. Ternyata dugaan kami salah, pak satpam tidak bilang apa-apa dan mengizinkan kami pulang.

Selama perjalanan mau keluar dari area kampus, aku mencium bau kembang yang sangat menyengat wanginya seperti sedang di pemakaman. Tanpa berpikir panjang, aku bergegas pulang dan akhirnya sampai di kost dengan selamat.

Keesokan harinya, aku kembali bertukar cerita dengan temanku yaitu Hilma. Memang dia juga merasakan keanehan, sehingga memang peristiwa yang aku alami bukan hanya ilusi ku semata. Melainkan memang nyata terjadi. Semenjak kejadian itu, aku enggan lagi untuk pulang malam. Maksimal pukul 8 malam sudah harus berada di kost. Hufft sungguh peristiwa yang membuatku percaya bahwasanya ada peristiwa horror di lingkungan kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun