Mohon tunggu...
shintiajihan
shintiajihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengelola Risiko Keuntungan: Pelajaran Berharga dari Pengambilan Keputusan di Pabrik Tahu Intan

8 Desember 2024   16:30 Diperbarui: 8 Desember 2024   16:31 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Latar Belakang 

Pabrik Tahu Intan, sebuah UMKM di Kabupaten Sragen, menghadapi tantangan dalam pengelolaan pesanan khusus yang memerlukan kapasitas produksi melebihi rata-rata harian. Pesanan khusus ini, meskipun memiliki harga di bawah harga jual normal, menawarkan peluang peningkatan laba jika dikelola dengan baik. Keputusan taktis diperlukan untuk menilai kelayakan pesanan berdasarkan biaya relevan dan potensi keuntungan.
Observasi langsung dan wawancara dengan pemilik usaha menunjukkan bahwa kapasitas produksi normal 60 loyang tahu per hari, dengan kapasitas maksimum 85 loyang. Keputusan untuk menerima pesanan harus mempertimbangkan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead, serta implikasinya terhadap efisiensi operasional.

Tokoh 

Bapak wagiman ,sebagai pemilik pabrik tahu intan ,merupakan seorang pengusaha yang dulunya seorang petani biasa beliau telah mengelolah usaha pabrik tahu intan ini sejak Tahun 2019 dengan usaha yang di kembangkan sendiri dan di kelola sendiri ,pak wagiman berusaha untuk menyediakan produk yang berkualitas kepada pelangan .namun,meskipun memmiliki dedikasi yang tinggi ,beliau masih menghadapi tantangan dalam menggelola data keuangan usahanya ,yang berpengaruh pada pengambilan keputusan bisnisnya .

Masalah 

Di tengah kesibukan produksi tahu sehari-hari, Pabrik Tahu Intan di Desa Popongan menghadapi tantangan baru yang menarik perhatian: sebuah pesanan khusus dalam jumlah besar. Pemilik pabrik, Bapak Wagiman, yang telah menjalankan usaha ini sejak 2019, menerima permintaan untuk memproduksi 75 loyang tahu dalam waktu satu hari. Permintaan ini melampaui kapasitas normal produksi pabrik yang hanya 60 loyang per hari.Permasalahannya bukan hanya soal kapasitas produksi yang harus ditingkatkan, tetapi juga soal harga. Pelanggan meminta harga Rp39.000 per loyang, jauh di bawah harga jual normal pabrik sebesar Rp45.000.

"Kalau kita terima, kita harus menambah tenaga kerja dan bahan baku dalam waktu singkat. Tapi apakah keuntungannya akan cukup besar untuk menutup biaya tambahan ini?" ujar Bapak Wagiman dalam wawancaranya dengan tim mahasiswa.

Di sisi lain, pesanan ini menawarkan peluang: nama Pabrik Tahu Intan dapat lebih dikenal jika berhasil memenuhi permintaan besar ini. Namun, ada risiko besar jika gagal, seperti keluhan pelanggan dan penurunan reputasi.Tantangan semakin menarik karena pesanan ini datang di saat kapasitas menganggur pabrik (25 loyang per hari) sebenarnya bisa dimanfaatkan. Namun, tambahan biaya, seperti upah tenaga kerja ekstra dan pengiriman, bisa saja menekan laba bahkan berpotensi membawa kerugian.Kini, Bapak Wagiman dihadapkan pada dilema besar: apakah pesanan ini diterima dengan segala risikonya? Atau, lebih baik menolak untuk menjaga stabilitas operasional pabrik? Keputusan yang diambil akan menjadi pelajaran penting dalam mengelola bisnis kecil di pasar yang kompetitif.

Bagaimana Anda akan memutuskan jika berada di posisi Bapak Wagiman?

peristiwa

Bersamaan dengan meningkaatnya permintaan produk tahu , seorang pelanggan besar mengajukan pesanan khusus sebanyak 75 loyang tahu. Namun, ada satu hal yang membuat Bapak Wagiman, pemilik pabrik, berpikir keras. Harga yang ditawarkan pelanggan hanya Rp39.000 per loyang, lebih rendah dari harga jual normal pabrik, Rp45.000 per loyang.Tanpa analisis yang terlalu mendalam, Bapak Wagiman memutuskan untuk menerima pesanan itu. "Kalau berhasil, ini bisa membuka peluang baru," pikirnya. Ia segera memerintahkan tambahan bahan baku, dan dua pekerja paruh waktu dipanggil untuk membantu produksi.Proses produksi berlangsung sibuk hingga malam. Mesin penggiling terus beroperasi, loyang-loyang tahu diisi dengan cepat, dan tim bekerja keras untuk memenuhi pesanan tepat waktu. Semua terlihat berjalan lancar hingga tiba saatnya menghitung biaya.Bapak Wagiman mulai menyadari ada sesuatu yang salah. Biaya variabel untuk memenuhi pesanan ini ternyata jauh lebih besar dari perkiraannya. Bahan baku tambahan, upah pekerja paruh waktu, biaya pengemasan, dan pengiriman menekan margin keuntungan hingga hampir tidak ada.Setelah semua selesai, ia hanya mendapatkan keuntungan tipis yang nyaris tidak sebanding dengan usaha ekstra yang dilakukan. "Kita sudah kerja keras, tapi hasilnya mengecewakan," katanya pada istrinya.Pengalaman ini menjadi pelajaran besar bagi Bapak Wagiman. Ia mulai memahami bahwa menerima pesanan dengan harga di bawah standar tanpa analisis yang tepat bisa menjadi keputusan yang merugikan. Ia menyadari pentingnya menggunakan data yang akurat untuk mendukung keputusan bisnisnya.Setelah kejadian itu, ia mulai belajar tentang analisis biaya relevan dan mencoba mencatat semua aspek produksi secara rinci. "Kalau kita ingin bertahan di bisnis ini, kita harus lebih cermat. Jangan lagi terima pesanan tanpa tahu untung ruginya," ujarnya kepada para pekerjanya.Meski pahit, pengalaman ini membuka mata Bapak Wagiman untuk lebih fokus pada pengelolaan biaya dan efisiensi. Ia percaya bahwa dengan sistem yang lebih baik, Pabrik Tahu Intan akan siap menghadapi tantangan bisnis ke depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun