Mohon tunggu...
SHINTA VR
SHINTA VR Mohon Tunggu... Programmer - perusahaan teknologi

Making Impact with Immersive Technology

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mengungkap Respons Media terhadap AI: Hype, Ketakutan dan Realisme

17 Januari 2024   11:06 Diperbarui: 17 Januari 2024   11:07 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan pesat teknologi AI telah memicu kemajuan sistem di berbagai industri selama beberapa tahun terakhir. Pada saat yang bersamaan, media merespons AI secara bertahap sebagai suatu antusiasme baru, kendati sebagai gejala hype atasnya selalu dibarengi kesan ketakutan yang menggelisahkan. Masyarakat secara diam-diam pun mulai melakukan pemetaan teknologi AI, sekaligus wacana tentangnya. Tindakan tersebut sangatlah penting sebagai reaksi terhadap perkembangan teknologi mutakhir. 

Hype

Potensi AI untuk merevolusi industri serta merampingkan proses di dalamnya telah memantik gelombang hype di media. Sejauh ini, sorotan media berita utama seringkali membanggakan kemampuan AI yang mengoptimasi efisiensi, mengotomatisasi tugas, dan mendorong inovasi seperti kemampuan AI mulai dari mobil tanpa kemudi hingga asisten virtual terpersonalisasi. Singkatnya, media selalu menggambarkan AI sebagai landasan masa depan bagi kemajuan masyarakat.

Ketakutan & Realisme

Di lain sisi, media kerap merespons AI dengan suasana yang lebih gelap atau terkesan negatif. Dengan kata lain, kekhawatiran akan persepsi yang buruk terhadap AI kerap menjadi perbincangan media. Misalnya, berita utama yang memperingatkan bahwa AI akan mengambil alih pekerjaan manusia, munculnya senjata otonom, dan terkikisnya privasi sudah menjadi hal lumrah. Narasi semacam ini, meskipun tidak sepenuhnya tidak berdasar, terkadang memperbesar risiko yang berkaitan dengan AI, sehingga menimbulkan rasa khawatir dan skeptis.

Faktanya, di tengah narasi hype dan ketakutan AI oleh media, perspektif lebih terarah dan realistis mulai masuk ke beberapa lingkaran media. Alasannya adalah demi menyampaikan pandangan yang menyeluruh terhadap AI sekaligus mengakui bahwa potensi transformatif dan tantangan akan selalu berdampingan. Gambaran realistis menekankan perlunya pengembangan AI secara etis, penerapan yang bertanggung jawab, dan kerangka peraturan yang berkelanjutan.

Ketika AI terus membentuk masa depan, respons media memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik. Dengan mengungkap reaksi hype, ketakutan, dan realisme, kita dapat menavigasi kompleksitas wacana AI dengan lebih baik. Melalui pendekatan yang seimbang dan terinformasi, masyarakat dapat memanfaatkan potensi transformatif AI sambil secara bertanggung jawab mengatasi tantangan yang ditimbulkannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun