Akhirnya setelah ngobrol sana sinj, aku mendapatkan namanya juga. Sebut saja Erik, memang namanya itu. Mau sebut apa lagi? Dia baru liburan di sini, kebetulan lapar trus mampir ke kafe. Kebetulan juga kondisi kafe penuh sesak dan kebetulan dia melihat satu kursi kosong di depanku. Semua serba kebetulan kan. Mungkin ini takdir. Apakah ini cińta?
Eitss.. bisa-bisanya mikir cinta. Cinta aja jarang mikirin aku. Tapi ya.. hari ini aku akan menganggap dia sebagai malaikat penolongku. Yang membantuku menghilangkan pandangan sinis para penghuni kafe ini.
"Aku janjian sama temenku sih, tapi kayaknya dia bakalan telat. Jadi santai aja makannya."
"Owh.. sorry. Aku ganggu kencan kalian ya?"
Wah.. ini menohok sekali. "Bukan kencan kok. Temenku itu cewek, Mas."
"Hmm.. kirain gebetan kamu. Sekarang aja dipanggil temen, besok udah dipanggil sayang."
"Bisa aja."
Â
Dan akhirnya Dhea pun datang bersama dengan seorang laki-laki.. ah.. sudah kuduga. Dia pasti kencan dulu lalu lupa padaku. Eh.. tapi siapa pacarnya? Sepertinya kenal. Bukannya itu Billy? Dia mantanku! Omaigat!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H