Mohon tunggu...
Butet Pagaraji
Butet Pagaraji Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Penggila Tuhan dan Pencinta Ilmu, Alam Semesta serta Sesama Manusia

aku ruang di labirin jiwa, menganga, menelan makna, menuang cerita, tanpa bangga, hanya cinta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bruner: Kurikulum Spiral

13 November 2021   00:16 Diperbarui: 17 Mei 2022   07:15 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.pinterest.ca/pin/173107179403552969/

Topik-topik yang dipelajari, terus menerus ditinjau ulang oleh guru, melalui pembimbingan yang terstruktur dan hati-hati di sepanjanng proses belajar.

Menurut Bruner, hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga model penyajian oleh Bruner, yaitu cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.

  • Tahap enaktif (0-2 tahun), dimana seorang anak menggunakan pengetahuan motorik untuk memahami lingkungannya melalui representasi aktif lewat gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya. Ini terjadi dalam pengalaman langsung, idealnya dengan aplikasi dunia nyata. Misalnya, dalam belajar matematika, untuk membagi 4 dengan 2, dua siswa belajar memotong sebuah apel menjadi 4 bagian.
  • Tahap ikonik (2-4 tahun), dimana seorang anak memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal mealui bentuk perumpamaan (tampilan) dan perbandingan (komparasi). Sekarang, dua siswa tadi menghubungkan ingatan mereka tentang pengalaman itu dengan gambar-gambar ikonik. Siswa diminta menggambar buah apel. Lalu buah apel tersebut digambarkan dipotong menjadi empat bagian
  • Tahap simbolik (5-7 tahun), dimana seorang anak mengalami abstraksi memahami simbol-simbol, mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Sekarang, kedua siswa menggunakan gambar yang diinternalisasikan sebelumnya dan mengubahnya menjadi bahasa abstrak, seperti simbol matematika. Menggunakan sedikit retrospeksi, mereka dapat dengan mudah memecahkan masalah

Kekuatan sistem siimbol menandai kematangan proses berpikir seseorang yang disajikan melalui kata-kata atau bahasa, atau bila dalam contoh pelajaran matematika di atas, simbol-simbol kebahasaan direpresentasikan ke dalam rumus-rumus abstrak. 

Berhubungan dengan kognitif dalam pengembangan bahasa tersebut adalah format dan rutin dalam kurikulum spiral yang memuat gagasan bahwa siswa akan kembali ke topik yang sama sepanjang karir akademik mereka dan terus membangun apa yang telah mereka pelajari, membangun ide di atas dasar pengetahuan sebelumnya.

Oleh karena itu, Bruner menganjurkan penggunaan kurikulum spiral dengan pengulangan terus menerus dari ide-ide dasar yang sama. Kurikulum terdiri dari tiga karakteristik:

  1. Siswa mengunjungi kembali topik yang sama secara berkala
  2. Kompleksitas topik meningkat dengan setiap kunjungan kembali
  3. Pembelajaran baru memiliki hubungan dengan pembelajaran sebelumnya

Teori lainnya adalah siswa melakukan proses belajar melalui penemuan (discovery learning) konsep dan makna melalui eksperimen dimana guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar pengetahuan tersebut, yaitu:

  • Membuat perencanaan pembelajaran yang berpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
  • Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah dengan mulai dari sesuatu yang sudah dikenal siswa yang dikemukakan secara berlawanan agar terjadi konflik dalam pengalaman belajar siswa untuk menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang siswa tersebut untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis serta mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalanya.
  • Materi disajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik, jadi tidak langsung mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, namun berupa saran apabila diperlukan saja.
  • Memberikan umpan balik pada waktu yang tepat serta menilai hasil belajar yang meliputi pemahaman tentang konsep dasar, dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situasi baru dan dalam situasi kehidupan nyata sehari-hari siswa.

Belajar penemuan dianggap lebih bertahan lama dalam memori peserta didik, memiliki efek transfer yang lebih baik serta meningkatkan penalaran peserta didik dan kemampuan untuk berpikir dengan bebas. Belajar sains (misalnya) bukan untuk menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan anak-anak dapat berfikir secara matematis bagi dirinya sendiri dan berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan.


Keistimewaan dan Kelemahan Discovery Learning

Setiap teori memiliki kekuatan dan kelemahan, namun begitu tidak mengurangi nilai dalam karakteristik yang ditawarkan dan justru memperkaya beragam terori yang sudah ada sebelumnya. Adapun yang menjadi kekuatan dan kelemahan teori teori Bruner dengan menggunakan pendekatan pembelajaran melalui pengalaman serta pengulangan adalah:

(+) mendorong tumbuhnya rasa ingin tahu siswa dan upaya menemukan jawaban-jawaban

(+) lebih mudah dicerna dan hasilnya lebih berakar serta terekam dalam memori dalam waktu lama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun