Feminisme memiliki kendali yang kuat dalam perjuangan untuk kesetaraan gender. Istilah ini merupakan gerakan sosial dan politik serta ideologi yang lahir sebagai respon terhadap ketidaksetaraan hak-hak perempuan, untuk mencapai kesetaraan hak, tanggung jawab, dan peluang masa depan. Beberapa tonggak penting dalam sejarah feminisme melibatkan perjuangan hak pilih perempuan, kesetaraan di tempat kerja, dan hak reproduksi. Feminisme terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan dinamika sosial yang berkembang, menghadapi isu-isu seperti pelecehan seksual, ketidaksetaraan di tempat kerja, dan peran gender dalam masyarakat kontemporer.Â
Para feminisme terus aktif mengkampanyekan gerakan ini guna menggali peluang lebih dalam. Tidak hanya itu, para feminisme juga turut menyuarakan perlindungan untuk perempuan dari segala tindak kekerasan integrasi sosial, pelecehan seksual, pemerkosaan, hingga kekerasan dalam rumah tangga. Di era digital ini dengan pendekatan yang lebih inklusif, Feminisme tidak hanya memperjuangkan perempuan, tetapi juga mengakui bahwa norma sosial yang membatasi peran atau harapan tertentu pada laki-laki juga dapat merugikan mereka. Feminisme senantiasa beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan tetap menjadi kekuatan yang memperjuangkan kesetaraan gender dan hak asasi manusia untuk semua individu, tanpa memandang jenis kelamin. Gerakan ini menggunakan media sosial dan teknologi untuk menyuarakan isu-isu gender, memperluas jangkauannya, dan membentuk opini publik terkait pemberdayaan semua gender.
Dalam kelas Mata Kuliah Teori Komunikasi dengan dosen pengampu Dr. Geofakta Razali, saya memahami bahwasannya melalui upaya dalam mencapai kesetaraan gender, feminisme tidak hanya berdampak pada perempuan, tetapi juga memberdayakan semua gender untuk hidup tanpa terikat oleh norma sosial yang merugikan. Ini adalah bagian integral dari membangun masyarakat yang adil dan inklusif bagi semua individu. Saya sebagai perempuan merasakan dampak positif dari gerakan feminisme ini yaitu saya merasa lebih percaya diri dan antusias untuk menyuarakan hak serta pilihan saya guna mematahkan stereotipe tersendiri yang telah melekat di Indonesia terhadap perempuan.
Menurut saya, meskipun gerakan feminisme ini telah mencapai kemajuan signifikan, gerakan feminisme tetap relevan karena masih banyak tantangan ketidaksetaraan gender yang perlu diatasi. Kesetaraan gender bukan hanya keuntungan bagi perempuan, tetapi juga merupakan pijakan penting untuk menciptakan masyarakat yang adil dan berkelanjutan bagi semua.
Shinta Sheilla Larasati, Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Jaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H