Musim Semi di Lisse merupakan cerita pendek karya Faris Al Faisal. Cerpen ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang menyukai seorang perempuan tetapi hanya melihatnya dari balik pagar terali besi tanpa adanya percakapan. Hingga pada suatu saat mereka tidak sengaja bertemu di sebuah kios bunga yang ternyata merupakan milik orang tua perempuan tersebut. Perempuan tersebut bernama Winda Kusuma, berasal dai Jawa seperti tokoh aku. Â Mereka menjalin kisah romansa dimulai pada awal musim semi dan berakhir bahagia sebelum musim semi berlalu.
Cerpen ini memiliki latar tempat di Belanda, tepatnya di Kota Lisse. Kota Lisse terkenal sebagai produsen bunga-bunga berumbi Belanda seperti tulip. Kota ini juga memiliki beberapa destinasi atau objek wisata terbaik, salah satunya adalah taman bunga Keukenhof. Taman bunga ini merupakan taman bunga terbesar di dunia yang hanya buka pada musim semi karena berisikan lebih dari 800 jenis bunga tulip. Hal ini sehubungan dengan penulis yang menceritakan bahwa ayah Winda bermigrasi ke Belanda lalu bekerja sebagai tukang kebun di taman Keukenhof dan berdasarkan pengalamannya, ia mengubah halaman rumahnya menjadi taman bunga tulip. Bunga tulip juga merupakan bunga yang langka bahkan tidak tumbuh di Indonesia.
Bunga tulip dalam cerpen ini seakan menambah romantisasi cerita antara tokoh aku dan Winda. Lambang cinta yang sempurna dan simbol cinta yang tepat serta tak pernah mati dijadikan sebagai arti dari bunga tulip. Selain itu, cerita cinta mereka dimulai pada awal musim semi dan berakhir indah sebelum musim semi berlalu, menunjukkan kesamaan dengan waktu mekarnya bunga tulip yaitu pada musim semi. Diperkuat dengan kalimat "Sebelum berlalu musim semi. Sebelum bunga tulip itu kehilangan gairah bersemi. Aku berbicara banyak hal."
Selain itu, ada hal lain yang menjadi perhatian saya yaitu saat penulis secara acak menceritakan tentang kecelakaan. Hal ini sedikit mengganggu alur cerita yang terfokus pada romansa. Tetapi kemungkinan penulis ingin menegaskan perihal para imigran yang merasa seperti bertemu dengan saudara yang sudah lama tidak berjumpa apabila bertemu dengan orang yang satu negara terutama berasal dari tempat atau budaya yang sama. Terlihat pada saat menceritakan kecelakaan, penulis membuat kalimat "Menurut salah seorang perawat yang menanganinya, korban berasal dari Indonesia. Aku terkejut dan segera melihatnya."
Cerita Pendek "Musim Semi di Lisse" merupakan salah satu cerpen yang cocok untuk dibaca sekali duduk karena memiliki cerita yang mudah dipahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H