Mohon tunggu...
Cecilia Hardjoprawiro
Cecilia Hardjoprawiro Mohon Tunggu... Guru - Sharing Peace

A passionate amateur writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ramli Siregar, Tukang Bajaj yang Berhati Mulia

26 Agustus 2016   09:59 Diperbarui: 26 Agustus 2016   14:30 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Ramli Siregar, Tukang Bajaj berhati mulia

Di jaman serba modern dan instan seperti sekarang ini, kejujuran merupakan hal yang sangat langka. Namun langka bukan berarti tidak ada sama sekali. Saya menemukan seseorang yang jujur di tengah-tengah kondisi perekonomian yang menantang. Pak Ramli, seorang tukang bajaj yang jujur dan berhati mulia. Pertolongannya menyadarkan saya, bahwa ternyata kita masih bisa berharap kebaikan dari orang yang tidak kita kenal.  

Pertemuan dengan Pak Ramli berawal ketika pegawai di klinik tempat saya bekerja memanggil bajaj yang kebetulan lewat di jalan Bangka Raya, Jakarta Selatan. Setelah saya memberitahukan alamat rumah saya, saya kemudian naik ke bajajnya sambil menaruh ketiga tas yang saya bawa, tas kerja, tas laptop berisi laptop dan tas makanan di bawah sebelah kanan. Beliau kemudian mengemudikan bajajnya ke menuju rumah dengan hati-hati. Selama dalam perjalanan tidak banyak yang kami bicarakan selain hanya saya memberitahukan jalan mana yang harus diambil.

Beberapa meter sebelum saya tiba di depan rumah saya mengambil tas kerja dan menaruhnya di atas pangkuan saya untuk mengambil dompet. Perhatian saya terpecah ketika pada saat yang sama saya melihat ada tukang jual kasur dan tikar yang juga kebetulan lewat rumah saya. Hati saya iba ketika menyaksikan seseorang berjalan sambil memanggul beberapa gulung tikar Palembang, tikar anak-anak di punggungnya (sehingga dia harus berjalan sambil membungkuk) dan masih harus mengangkat 3 buat Kasur lagi di pundak dan tangannya. Turun dari bajaj dan setelah membayar, saya buru-buru memanggil karyawan saya untuk memanggil tukang kasur yang terus berjalan semakin menjauh dari rumah; sehingga lupa untuk membawa tas laptop dan tas makanan yang ada di bajaj.

Saya sama sekali tidak ingat dengan tas laptop hingga malam hari hanya karena putri bungsu saya ingin meminjam laptop untuk menonton sesuatu. Barulah saya menyadari bahwa laptop saya tertinggal di bajaj, pada waktu saya sudah mencarinya ke mana-mana tapi tidak bisa menemukannya. Saya merasa sedih, kecewa dan putus asa, karena keteledoran sendiri, saya kehilangan laptop kantor. Yang membuat saya lebih panik, karena di laptop tersebut tersimpan banyak sekali arsip dan data perusahaan yang sangat diperlukan. Belum lagi ditambah dengan beberapa email dan website yang masih dalam keadaan terbuka.

Dalam kepanikan karena kemungkinan untuk mendapatkan laptop – barang yang cukup mahal, gampang untuk dijual, sepertinya nihil; saya sempat berfikir dan berharap bahwa Pak Ramli akan datang dan mengembalikannya hari itu juga. Namun hati saya sangat ragu, bahwa tukang bajaj yang tidak saya kenal akan melakukannya. Apalagi ada juga kemungkinan, ada penumpang yang lain setelah saya, dan mengambil tas laptop tersebut tanpa Pak Ramli menyadari bahwa ada laptop tertinggal di bajajnya. Semalaman saya menanti-nanti, berharap agar Pak Ramli ataupun orang lain akan datang untuk mengembalikan laptop saya; namun harapan saya pupus perlahan ketika sampai esok pagi, tidak ada seorangpun yang datang.

Ketika saya berada di klinik tempat saya bekerja, dalam keadaan hati yang berduka dan kecewa, mendadak saya dikejutkan dengan kedatangan Pak Ramli. Beliau datang untuk mengembalikan laptop saya. Oh rasanya hati saya berbunga-bunga mendapat kejutan yang sangat menyenangkan. Di saat saya sudah pasrah kehilangan laptop, ternyata Pak Ramli dengan kejujurannya, datang untuk meruntuhkan ketidakpercayaan saya akan ketulusan hati dan kejujuran orang yang tidak dikenal.

Beliau menceritakan bahwa setelah mengantar saya, beliau lalu langsung pulang ke rumahnya. Beliau mengatakan bahwa anaknya meminta agar bapaknya tidak menarik bajaj pada malam hari. Sungguh anak yang berbakti pada orang tuanya, tersirat dalam hati saya. Begitulah, Pak Ramli baru datang ke kantor saya keesokan harinya, karena mengikuti saran anaknya untuk tidak keluar pada malam hari. Saya berterima kasih sekali karena akhirnya mendapatkan laptop kembali. Ketika saya tanyakan nomor telepon genggamnya, beliau mengatakan tidak punya; padahal saya ingin dapat menghubungi melalui telepon supaya tetap dapat menggunakan jasanya di kemudian hari. Sayang sekali.

Pak Ramli yang di usia senjanya masih aktif mencari nafkah dengan tulus dan jujur. Pak Ramli tidak mengenal saya dan bisa saja dengan mudah mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang. Namun Pak Ramli lebih memilih untuk mencari nafkah dengan jujur. Sikap hidup yang sangat langka dan sungguh saya hormati.

Saya sangat menghargai dan dengan tulus mengucapkan terima kasih kepada Pak Ramli atas kejujuran dan kesetiaan terhadap imannya. Lebih daripada itu, terima kasih telah menghidupkan kembali harapan bahwa kejujuran dan kebaikan juga bisa datang dari orang yang tidak kita kenal.

Pak Ramli bersama putrinya
Pak Ramli bersama putrinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun