Mohon tunggu...
Shinta Kristianti
Shinta Kristianti Mohon Tunggu... Dosen - Bidan, Dosen, Mahasiswa Program Doktoral Kesmas Universitas Sebelas Maret

Menulis untuk peradaban, mewariskan ilmu pengetahuan, memanjangkan umur (Dr. Argyo Dermatoto)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Support System, Demi Mental yang Lebih Sehat

10 Oktober 2022   05:00 Diperbarui: 11 Oktober 2022   01:00 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal pandemi Covid-19 merebak di tanah air tercinta, mengikuti berita di televisi/radio maupun di media massa baik itu di Facebook, Instagram, Twitter, dll, ada suatu kekhawatiran yang terus mendera, bertanya-bertanya sudah sampai mana kasus Covid-19 ditemukan? 

Apakah sudah dekat dengan kota saya atau kota saudara-saudara saya, maupun teman-teman saya. Berapa banyak penderitanya? Bagaimana penanganannya? Berapa yang sembuh? Berapa yang meninggal dunia?

Bagaimana tidak merasa cemas, anggota keluarga ada yang memiliki komorbid, adik-adik ipar semuanya, juga sebagian besar saudara sepupu bekerja di rumah sakit rujukan Covid-19, bahkan ada bertugas di ruang isolasi Covid-19. 

Hal ini juga merupakan faktor yang berpotensi menimbulkan masalah dalam kesehatan mental. Walaupun secara sadar rasa khawatir merupakan hal yang normal, namun ketika harapan akan adanya kondisi yang sehat sejahtera lahir dan batin dihadapkan dengan timbulnya virus Covid-19 yang mudah menular dan dapat menimbulkan korban jiwa, hal ini tentulah menjadi suatu stressor.

Ketika Covid-19 sudah memasuki kota di mana kami tinggal, kesadaran yang tinggi akan adanya potensi penularan pastinya menambah kekhawatiran, sadar kesehatan jiwa juga penting untuk menjaga imunitas tubuh.

Pengalaman saya ketika itu menjadi warga perumahan yang terisolasi karena salah satu warga teridentifikasi menderita Covid-19, sebagai kasus pertama di kota saya, betapa rasanya terstigma bahwa semua warga perumahan yang sekitar 125 KK rentan terpapar virus ini, ya.

Waktu itu awal-awalnya pandemi sekitar bulan Maret-April 2020, kami sadari bahwa pemerintah setempat memang berupaya keras supaya kasus ini tidak meluas, kami yakin ada suatu alasan penting maupun kebijakan kenapa kami harus menjalani karantina wilayah ini. 

Jadi kami satu perumahan menjalani karantina wilayah, selama 14 hari tidak diizinkan keluar rumah dan harus melakukan physical distancing, hal ini sangat membuat kami tertekan. 

Para warga yang biasanya harus bekerja di lapangan, warga yang memiliki segudang aktifitas ataupun usaha di luar perumahan, anak-anak yang sekolah menjadi terhambat. 

Bagaimana kami bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, besok, lusa makan apa? Kalau butuh ini itu bagaimana? Seakan-akan banyak sekali yang menjadi pertanyaan kami sebagai warga perumahan. 

Tiga gerbang perumahan yang semula menjadi jalan keluar masuk, karena adanya karantina wilayah ini, hanya ada satu gerbang yang terbuka dan dijaga ketat oleh petugas, juga disiagakan petugas khusus untuk menangani kesehatan kami. Bagaimana jika kami butuh membeli barang diluar? Kami bisa titip belanja pada petugas. 

Bagaimana jika kami butuh fresh money? Ternyata pemerintah setempat menyiagakan ATM mobile di depan perumahan pada hari tertentu. Istimewa sekali ya..hehehe...tetapi tetap tidak nyaman lah, masih lebih enak bebas...hehehe....

Luar biasa sekali perhatian pemerintah setempat, kami mendapat bantuan dari pemerintah sembako yang cukup untuk 14 hari ke depan, harapannya ya cukup, sejenak lumayan membuat tenteram dihati. 

Kemudian banyak bantuan datang, baik itu dari BPPD, komunitas, yayasan/institusi sumbangan pribadi, dan lainnya. Hal ini membuat saya merasa bersyukur dan terharu, betapa masih banyak orang baik di sekitar kami. 

Orang tua, saudara dan teman menghubungi secara pribadi, bagaimana kondisi kami, kami butuh apa, ingin dibelikan apa. Perhatian mereka membuat kami tenteram, kami baik-baik saja, kami sehat secara fisik, harapannya kami sehat juga secara mental, sadar kesehatan jiwa juga penting dalam kami menjalani karantina wilayah selama 14 hari, menjaga kewarasan itu penting.

Kesehatan mental merupakan suatu situasi di mana batin kita berada dalam keadaan yang tenteram dan tenang, sehingga memungkinkan kita dapat menikmati kehidupan sehari-hari dan dapat menghargai orang lain di sekitar kita.

Apa yang kami lakukan selama karantina wilayah?

  • WhatsApp grup perumahan, baik grup satu blok, satu RT grup ibu-ibu maupun bapak-bapak aktif semua, setiap hari banyak yang mengobrol di grup, membagi resep masakan sederhana dengan bahan-bahan yang terbatas, cara membuat jamu sederhana, membuat antiseptik sendiri, cara meningkatkan imunitas, bahkan info-info yang agak seram juga ada...hehe.... Intinya kami harus mencari pengalihan kekhawaatiran dengan melakukan hal yang positif.
  • Saling berbagi. Waktu itu masker merupakan barang yang mahal dan langka, sehingga beberapa warga memiliki inisiatif membuat masker sendiri. Ada warga yang punya kain belum dijahit, maka dibuatlah masker, kebetulan di dalam perumahan ada yang berprofesi sebagai penjahit. Ketika sudah jadi, dibagilah ke warga sekitar. Selain masker, ada banyak juga warga yang saling berbagi makanan, membagi kebaikan dengan orang lain, menjadikan rasa bahagia dihati.
  • Saling memberikan dukungan positif untuk kesehatan, memberikan pemahaman yang benar dan menyingkirkan hoax yang beredar, mencari informasi yang benar akan menambah rasa tenteram dihati. Tentunya komunikasi ini banyak melalui Whatsapp.
  • Pada pagi hari berjemur di depan rumah masing-masing, mengobrol berjauh-jauhan, melihat tetangga berusaha menjaga kebugaran tubuh dengan olahraga ringan di depan rumah, juga ada yang berjemur sambil bersih-bersih halamannya. Rutinitas tiap pagi ini untuk mempertahankan perasaan yang normal, jauh dari rasa khawatir.
  • Mengadakan doa dan ibadah bersama keluarga di rumah, tentunya menambah rasa kecintaan pada Tuhan serta rasa kebersamaan keluarga. Bersikap pasrah diri dengan semua jalan Tuhan membuat hati nyaman.

Masih ada yang belum saya tuliskan, intinya jangan sampai imunitas kami turun, kami harus sehat lahir batin.

(Sumber: id.pinterest.com/jalpa)
(Sumber: id.pinterest.com/jalpa)

Pandemi Covid-19 pastinya membuat ada rasa tidak tenteram di hati, entah dirasakan sedikit atau banyak. Namun dengan support system atau sistem dukungan yang baik akan dapat memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada seseorang. 

Support system ini dapat berasal dari keluarga, sahabat, teman, tetangga, bahkan juga pemerintah. Tidak lepas dari kodratnya, bahwa manusia sebagai mahkluk sosial, pastinya membutuhkan orang lain untuk tetap dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. 

Support system yang utama dan paling penting menurut saya adalah keluarga, keluarga merupakan support system yang paling dekat.

Walaupun sudah ada teknologi yang canggih, tetap membutuhkan bantuan orang lain. Misalnya kita sedang lapar dan butuh makan, kita bisa belanja makanan sendiri melalui aplikasi pada gawai kita, namum tetap harus ada abang-abangnya yang mengantar sampai di depan pintu rumah kita. 

Kalau misalnya ada robot yang mengantar bagaimana? Yaa tetap...robot dibuat oleh manusia. Mana ada robot jatuh dari langit, pastinya robot itu pasti rusak kan...hehehe.

Adanya bantuan berupa barang membuat satu dua beban pikiran terlepas, ...ya...kita masih dapat makan esok hari. Adanya telepon/chat dari orang tua/saudara/teman yang selalu mendoakan kita supaya sehat dan sabar dalam karantina dapat menjadi kekuatan batin, sikap perhatian tetangga dan kesigapan tetangga untuk membantu akan membuat rasa kekeluargaan dan kebersamaan semakin erat, pastinya akan membuat tenang dalam batin. 

Menjaga komunikasi dengan keluarga, saudara dan teman, termasuk bersenda gurau dapat menghibur hati yang pedih karena tidak bisa ke mana-mana.

Sistem dukungan ini akan membantu menjaga dan menguatkan mental, meringankan stres, memberikan motivasi yang baik, meningkatkan imunitas tubuh, bahkan akan meningkatkan karier dari rekan kerja yang supportif dan pimpinan yang menilai kinerja secara obyektif dan bukan secara subyektif saja. 

Support system yang kita harapkan adalah dukungan yang baik, yang mengarahkan pada kondisi yang positif, pandangan yang membuat kita positif memandang diri sendiri, positif memandang orang lain, maupun positif pada lingkungan kita, yang tidak menyimpan kesalahan orang lain, dukungan untuk kebaikan bersama, simpati dan empati. 

Jika ternyata ada support system yang mengkotak-kotakkan hubungan dengan orang lain, membuat kita memandang negatif orang lain, sebaiknya tinggalkan support system ini, malah akan membuat kesehatan mental kita semakin bermasalah.

Individu yang kurang dukungan dari orang terdekat biasanya dapat mengalami kesepian dan merasa diabaikan. Kondisi batin yang tertekan secara terus menerus, lambat laun dapat menimbulkan efek negatif pada tubuh, sistem metabolisme tubuh yang normal dapat mengalami gangguan, ataupun secara hubungan sosial dengan orang lain menjadi tidak harmonis. 

Hal ini harus segera mendapatkan penanganan yang efektif dari tenaga medis, perlu melakukan konsultasi dengan dokter spesialis jiwa/psikiater/psikolog.

Dan jika membutuhkan layanan kesehatan mental, dapat juga menghubungi:

Layanan SEJIWA: 119 (Ext 8)

Selamat Hari Kesehatan Jiwa 10 Oktober 2022.

Tiada yang lebih berharga dari nikmat hidup sehat, sehat jiwa dan raga merupakan kunci hidup bahagia.

Sehatkan Indonesia.

Semoga bermanfaat, terima kasih.

Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun