Tiga gerbang perumahan yang semula menjadi jalan keluar masuk, karena adanya karantina wilayah ini, hanya ada satu gerbang yang terbuka dan dijaga ketat oleh petugas, juga disiagakan petugas khusus untuk menangani kesehatan kami. Bagaimana jika kami butuh membeli barang diluar? Kami bisa titip belanja pada petugas.Â
Bagaimana jika kami butuh fresh money? Ternyata pemerintah setempat menyiagakan ATM mobile di depan perumahan pada hari tertentu. Istimewa sekali ya..hehehe...tetapi tetap tidak nyaman lah, masih lebih enak bebas...hehehe....
Luar biasa sekali perhatian pemerintah setempat, kami mendapat bantuan dari pemerintah sembako yang cukup untuk 14 hari ke depan, harapannya ya cukup, sejenak lumayan membuat tenteram dihati.Â
Kemudian banyak bantuan datang, baik itu dari BPPD, komunitas, yayasan/institusi sumbangan pribadi, dan lainnya. Hal ini membuat saya merasa bersyukur dan terharu, betapa masih banyak orang baik di sekitar kami.Â
Orang tua, saudara dan teman menghubungi secara pribadi, bagaimana kondisi kami, kami butuh apa, ingin dibelikan apa. Perhatian mereka membuat kami tenteram, kami baik-baik saja, kami sehat secara fisik, harapannya kami sehat juga secara mental, sadar kesehatan jiwa juga penting dalam kami menjalani karantina wilayah selama 14 hari, menjaga kewarasan itu penting.
Kesehatan mental merupakan suatu situasi di mana batin kita berada dalam keadaan yang tenteram dan tenang, sehingga memungkinkan kita dapat menikmati kehidupan sehari-hari dan dapat menghargai orang lain di sekitar kita.
Apa yang kami lakukan selama karantina wilayah?
- WhatsApp grup perumahan, baik grup satu blok, satu RT grup ibu-ibu maupun bapak-bapak aktif semua, setiap hari banyak yang mengobrol di grup, membagi resep masakan sederhana dengan bahan-bahan yang terbatas, cara membuat jamu sederhana, membuat antiseptik sendiri, cara meningkatkan imunitas, bahkan info-info yang agak seram juga ada...hehe.... Intinya kami harus mencari pengalihan kekhawaatiran dengan melakukan hal yang positif.
- Saling berbagi. Waktu itu masker merupakan barang yang mahal dan langka, sehingga beberapa warga memiliki inisiatif membuat masker sendiri. Ada warga yang punya kain belum dijahit, maka dibuatlah masker, kebetulan di dalam perumahan ada yang berprofesi sebagai penjahit. Ketika sudah jadi, dibagilah ke warga sekitar. Selain masker, ada banyak juga warga yang saling berbagi makanan, membagi kebaikan dengan orang lain, menjadikan rasa bahagia dihati.
- Saling memberikan dukungan positif untuk kesehatan, memberikan pemahaman yang benar dan menyingkirkan hoax yang beredar, mencari informasi yang benar akan menambah rasa tenteram dihati. Tentunya komunikasi ini banyak melalui Whatsapp.
- Pada pagi hari berjemur di depan rumah masing-masing, mengobrol berjauh-jauhan, melihat tetangga berusaha menjaga kebugaran tubuh dengan olahraga ringan di depan rumah, juga ada yang berjemur sambil bersih-bersih halamannya. Rutinitas tiap pagi ini untuk mempertahankan perasaan yang normal, jauh dari rasa khawatir.
- Mengadakan doa dan ibadah bersama keluarga di rumah, tentunya menambah rasa kecintaan pada Tuhan serta rasa kebersamaan keluarga. Bersikap pasrah diri dengan semua jalan Tuhan membuat hati nyaman.
Masih ada yang belum saya tuliskan, intinya jangan sampai imunitas kami turun, kami harus sehat lahir batin.
Pandemi Covid-19 pastinya membuat ada rasa tidak tenteram di hati, entah dirasakan sedikit atau banyak. Namun dengan support system atau sistem dukungan yang baik akan dapat memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada seseorang.Â
Support system ini dapat berasal dari keluarga, sahabat, teman, tetangga, bahkan juga pemerintah. Tidak lepas dari kodratnya, bahwa manusia sebagai mahkluk sosial, pastinya membutuhkan orang lain untuk tetap dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini.Â
Support system yang utama dan paling penting menurut saya adalah keluarga, keluarga merupakan support system yang paling dekat.