Mohon tunggu...
Shinta Dewi
Shinta Dewi Mohon Tunggu... -

simply and calm

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Takdir yang Menuntunku

25 Agustus 2014   04:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:39 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjadi guru bukanlah profesi yang saya cita-citakan. Sejak kecil saya ingin menjadi dokter tetapi cita-cita saya berubah ketika saya SMP kelas IX saya ingin menjadi Insinyur. Cita-cita itu saya pegang dan junjung tinggi sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah lulus SMA saya memutuskan untuk mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan saya memilih jurusan Teknik Sipil. Namun sebelum saya mengikuti tes di Unsyiah ibunda saya menelpon dari kampung dan meminta saya untuk mengikuti tes di IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN Ar-Raniry), karena saran dari ibu, dengan berat hati saya juga mengikuti tes di IAIN (saya tidak punya persiapan untuk tes di IAIN karena selama ini saya hanya mempersiapkan diri untuk tes di Unsyiah saja ditambah dengan tidak ada jurusan yang saya sukai). Akhirnya saya memilih Tarbiyah Matematika karena saya menyukai matematika tetapi saya tidak suka menjadi guru.

Hari pengumuman pun tiba dan ternyata saya lulus di Tarbiyah Matematika IAIN Ar-Raniry dan dua minggu setelah pengumuman di IAIN, saya pun dinyatakan lulus di Jurusan Teknik Sipil Unsyiah. Pada saat itu saya berpikir bahwa saya akan memilih kuliah di Unsyiah saja dan meninggalkan kuliah saya di IAIN yang sudah berjalan dua minggu matrikulasi.

Hingga suatu hari ibunda saya meminta supaya kuliahdi IAIN tidak saya tinggalkan, namun beliau juga tidak melarang saya kuliah di Unsyiah. Akhirnya saya memilih untuk kuliah di dua Universitastersebut. Dua Universitas ternama di Jantong Hate (jantung hati) rakyat Aceh. Kalau ada orang yang bertanya kenapa kuliah dua? saya selalu menjawab kuliah di Teknik Sipil adalah keinginan saya dan kuliah di Tarbiyah Matematika adalah keinginan ibunda saya. Walaupun banyak yang meragukansaya sanggup kuliah di dua tempat akhirnya saya bisa buktikan bahwa saya bisa lulus bersamaan sesuai target yang telah saya tetapkan di awal kuliah.

Setelah wisuda ibundakembali menyarankan dengan setengah memaksa agar saya menjadi guru. Awalnya begitu berat menerima keputusan ini. Apalagi mengingat perjuangan saya untuk menjadi Sarjana Teknik tidaklah gampang kalau pada akhirnya saya hanya memilih menjadi guru rasanya sangatlah tidak adil. Itu menjadi dilema besar bagi saya. Namun setelah berpikir panjang akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti saran itu, karena saya tidak ingin menyakiti hati ibunda dan juga yakin tidak ada seorang ibu pun di dunia ini yang ingin menjerumuskan buah hatinya ke dalam hal yang buruk.

Tahun 2012 disaat teman-teman saya menjalani profesi di bidang teknik sipil saya dengan langkah pasti menjadi guru. Restu ibunda menjadi modal utama pada saat itu. Dalam menjalani profesi ini yang menginspirasi saya adalah Maryanti S.Pd. beliau guru matematika ketika saya SMA. Walaupun saya hanya setahun belajar dengan beliau namun saya sangat terkesan dengan gaya mengajarnya. beliau adalah sosok guru yang sederhana yang berbicara apa adanya, logat bataknya sangat kental dan beliau tidak segan-segan menegur dengan suara yang besar dan lantang ketika ada siswa yang tidak konsentrasi pada pelajaran. Cara beliau menyampaikan materi sangatsangat menarik dan mudah dipahami oleh siswa dan yang paling berkesan bagi saya adalah cerita-cerita inspiratif yang beliau sampaikan kepada kami di setiap pertemuan baik itu tentang kisah hidup beliau maupun tentang sahabat-sahabat beliau. Pada waktu itu saya tidak pernah mau libur sekolah untuk pelajaran matematika walaupun saya sakit saya tetap ingin hadir di sekolah dan mengikuti pelajaran dengan beliau, karena bagi saya sehari tidak hadir ada ilmu yang tidak saya dapatkan dari beliau selain matematika yaitu ilmu kehidupan yang tidak akan pernah saya dapatkan dari orang lain. Bahkan sampai sekarang saya masih mengingat cerita yang sangat inspiratif tentang sahabat beliau yang sangat-sangat tidak pandai tapi lulus menjadi pegawai Pertamina dan kisah sedekah sebagai penolak bala yaitu kisah beliau yang selamat dari musibah bencana Tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004.

Saya sangat berterimakasih kepada ibu Mar karena telah menginspirasikan saya dalam menjalani tugas sebagai guru. Ketika saya memilih menjadi guru berarti juga menjadi seorang motivator dan pemberi inspirasi bagi anak-anak didik saya, membangkitkan  semangat juang dalam persiapkan kehidupan mereka menuju kehidupan yang sukses, bermanfaat bagi orang banyak. Semoga saya bisa seperti Ibu.... ikut memberikan warna indah dalam perjalanan hidup siswa-siswi saya, semoga menjadi motivator dan inspirasi bagi mereka, memberikan yang terbaik untuk mereka.

Dan terimakasih juga untuk ibunda tercinta yang telah "memaksa" saya menjadi guru. Walaupun awalnya apa yang saya cita-citakan ibarat papatah jauh panggang dari api, namun seiring perjalanan waktu saya mulai menikmati pekerjaan menjadi seorang guru ini, melihat siswa-siswa begitu antusias menunggu saya datang untuk mentransfer ilmu yang saya miliki setiap hari semakin membuat saya menemukan hakikat kehidupan sebenarnya, bahwa hidup begitu berarti dan indah ketika kita menjadi sebab orang lain bahagia.

Menjadi guru memang bukan cita-cita, namun menjadi bagian dari proses mencerdaskan anak bangsa sungguh tugas paling mulia. Jika semua orang pintar tidak ada yang ingin menjadi guru maka siapa lagi yang akan mencerdaskan anak bangsa?saya bersyukur garis takdir menuntun saya mengemban tugas paling mulia ini menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

Tulisan ini adalah tugas Diklat Online PPPPTK Matematika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun