Mohon tunggu...
shinta dewanti
shinta dewanti Mohon Tunggu... -

Hello. Bagi saya, berbagi ilmu itu barokah :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menuju Pilpres 2014, Noda Hitam Selimuti Kampanye Partai Politik

20 Mei 2014   20:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bicara tentang “kampanye” tidak bisa terlepas dari Pemilu. Pemilu erat kaitannya dengan persaingan untuk mendapatkan kekuasaan. Pemilu atau Pemilihan Umum dalam negara demokrasi sering disebut pesta demokrasi yakni seluruh rakyat berkumpul di tempat-tempat pemungutan suara untuk menyuarakan aspirasinya, menggunakan suaranya untuk menentukan seorang pemimpin. Setelah pemilu selesai, masyarakat biasanya merasa lega dalam hati dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik.

Pemilu, bagi partai politik tidak akan sukses tanpa tim sukses. Pada umumnya, tim sukses merupakan kumpulan orang dari suatu parpol yang bersatu untuk menjalankan kampanye persuasif dan berbagai upaya lainnya demi mendapatkan perhatian masyarakat untuk memilih partai politik tersebut. Upaya lain yang dimaksud adalah upaya berdasarkan ketentuan undang-undang maupun upaya-upaya hitam yang menyimpang dari ketentuan undang-undang.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD menyebutkan dengan jelas dalam pasal 86 ayat (1) poin J yakni pelaksana, peserta, dan petugas kampanye pemilu dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu. Namun, pada kenyataannya, ketentuan dalam pasal ini diabaikan dan mungkin telah tertutup ambisi untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan. Saya telah menjumpai berbagai fenomena kampanye yang menyimpangi ketentuan UU No. 8 Tahun 2012 pada saat menjelang Pileg pada 9 April 2014 yang lalu. Misalnya saja, tempat ibadah yakni masjid digunakan untuk berkampanye. Materi kampanye diselipkan lewat ceramah. Yang lebih mengherankan yakni secara terang-terangan menjanjikan uang jika bersedia memilih caleg beserta parpol yang dikampanyekan. Di lain waktu ketika saya hadir dalam suatu pengajian, setelah selesai membaca surah yasin, diselipi sosialisasi tentang pemilu. Saya mengira sosialisasi tersebut bersifat umum mengenai pengenalan macam-macam surat suara dan cara mencoblos, melipat serta memasukkan surat suara kedalam kotak yang benar. Ternyata yang terjadi adalah kampanye caleg dari suatu parpol yang juga sudah melampirkan dana sekian juta untuk para anak yatim. Sungguh berani ambisi seorang caleg yang ingin mendapatkan banyak suara dengan menjanjikan sejumlah uang pada anak yatim.

Itu hanya sekilas yang terjadi dalam Pileg kemarin. Pasca Pileg, setiap parpol harus berkoalisi untuk dapat mengikuti Pilpres. Ironis rasanya, ketika Pileg masing-masing parpol saling bersaing bahkan rela melakukan cara-cara kotor demi mendapatkan suara. ketika mereka berkoalisi, buyarlah pilihan masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang menjadi setengah hati dalam memilih presiden pada 9 Juli 2014. Kebingungan masyarakat ini dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk melancarkan aksi kampanye hitam (black campaign). Kampanye hitam muncul sebenarnya hanya untuk saling menjatuhkan dan membuat masyarakat semakin bingung dalam menentukan pilihannya.

Kampanye hitam yang sedang marak terjadi di Indonesia menuju Pilpres 9 Juli mendatang ini semakin terpusat pada 2 basis, yakni basis Prabowo dan basis Jokowi. Kampanye hitam yang menyerang Prabowo adalah tuntutan kejelasan kasus pelanggaran HAM mei 1998 lalu, sementara itu Jokowi pun mendapat kampanye hitam yang menurut beliau paling menyakitkan yakni sebuah ucapan turut berduka cita. Kampanye hitam semakin mengganas ketika telah menyangkut unsur SARA. Berbagai media sosial seperti Facebook dan Twitter seolah menjadi sasaran utama menyerukan kampanye hitam berisi pembenaran suatu parpol dan penjatuhan terhadap parpol lain.

Adanya fenomena seperti ini telah menuntut rakyat Indonesia untuk semakin cerdas dan bijak dalam menentukan pilihannya. Dalam upaya peningkatan kualitas pola pikir masyarakat, perlu adanya peran media massa. Namun, pikiran masyarakat kembali diuji ketika media massa juga diserang oleh kampanye hitam yang mengatakan bahwa media ini bayaran, media itu orderan dan lain-lain.

Oleh karena itu, terlepas dari benang kusut tadi, kita tetap bisa menentukan pilihan kita yakni dengan cara menghayati bagaimana cara para calon pemimpin bertutur kata. kritisi visi misinya, dan lihat adakah ketulusan dan empati yang terjalin ketika mereka berjumpa dengan rakyat. Yang terakhir sebagai penutup artikel kali ini, satu hal yang paling penting, seorang kompetitor yang baik ketika bersaing berusaha melangkah kedepan tanpa membalas bahkan mengejek kompetitor lain. Kompetitor yang baik yang kelak menjadi seorang pemimpin adalah selalu mengemukakan kebenaran yang disertai fakta nyata dan bukti otentik, bukan mengemukakan pembenaran semata tanpa fakta nyata yang mengiringinya.

Sekian, semoga bermanfaat dan semakin mantab lagi dalam mencoblos capres pada Pilpres 9 Juli 2014 wahai pemilih yang cerdas^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun