Mohon tunggu...
shinta dewanti
shinta dewanti Mohon Tunggu... -

Hello. Bagi saya, berbagi ilmu itu barokah :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jamur Pragmatisme Politik di Indonesia

20 Mei 2014   23:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Anda mendengar kata “Jamur” apa yang akan Anda ungkapkan? Pastinya jamur adalah sesuatu yang keberadaannya selalu mengganggu kenyamanan. Namun, ketika ada kalimat “belajar mandiri telah menjamur di kalangan anak sekolah”, kata “Jamur” mengarah pada arti yang positif, sebuah perkembangan positif.

Namun, ketika yang menjamur adalah sebuah pragmatisme politik? Ini merupakan perkembangan yang tidak bisa diterima umum. Pragmatisme adalah paham bahwa yang dianggap benar adalah yang dapat membawa manfaat. Pragmatisme dalam politik dapat diartikan sebagai tindakan dalam upaya mendapatkan kekuasaan, tetapi hanya dilakukan apabila mendatangkan manfaat, sekalipun tindakan yang dilakukan itu buruk asal mendatangkan keuntungan tidak masalah.

Seperti artikel-artikel saya sebelumnya, saya terfokus pada realitas, tidak sekedar terpaku pada kajian teoretis. Pragmatisme dalam politik sebenarnya telah ada sejak lama dikalangan aktor-aktor partai politik. Misalnya saja, menjelang pemilihan umum, tindakan pragmatis ditandai dengan mengadakan politik uang disejumlah daerah. Politik uang dilakukan karena dinilai cukup mempengaruhi perolehan suara parpol. “Ah, kan hanya nymbang suara, yang penting dapet 50 ribu” itulah contoh masyarakat yang apatis terhadap kemajuan bangsa. Akhirnya, dengan adanya respon masyarakat yang seperti ini, para penghobi politik uang semakin menggencarkan aksinya demi memenangkan pemilu.

Kebiasaan yang demikian menjadi semakin meluas dan mulai meracuni pola pikir masyarakat. Lagi-lagi masyarakat terkena dampaknya. Tindakan pragmatisme politik lewat politik uang ini tersebar di banyak daerah. Saya kembali menjumpai secara terang-terangan di suatu daerah di Yogyakarta mengenai praktik money politics ini. Ternyata ada beberapa parpol yang memilih daerah pedesaan untuk dijadikan sasaran politik uang. Lebih mengherankannya, yang menjadi tim sukses dalam menyalurkan uang-uang itu adalah KAUM MUDA. Bayangkan! Generasi muda yang harusnya masih punya kesempatan untuk menjadi agent of change demi kemajuan negara malah mendukung generasi perusak.

Menanggapi politik uang yang sedang heboh, apa sih tanggapan masyarakat yang diberi uang suap itu? banyak yang menjawab menerima dan berjanji menuruti permintaan orang yang memberi uang. Kalau telah banyak yang menerima, maka bisa dikatakan perilaku elit politik telah berhasil menjamur dalam pola pikir masyarakat, terutama masyarakat di daerah pedesaan atau yang minim sosialisasi. Contoh konkritnya didaerah saya yang memang minim sosialisasi, berhasil diracuni oleh elit politik yang licik.

Berdasarkan fenomena di atas, mengapa pragmatisme politik ulah elit politik berhasil meracuni sebagian masyarakat dan kaum muda? Jawabnya ya kurangnya pendidikan politik. Pendidikan politik menjadi kunci terbentuknya good citizen. Walaupun banyak media yang menyatakan bahwa “rakyat sudah cerdas memilih” itu belum sepenuhnya benar ketika tindakan pragmatisme politik tidak dibasmi hingga ke akar-akarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun