Mohon tunggu...
Shinta Dewi Wulandari
Shinta Dewi Wulandari Mohon Tunggu... -

Akuu orang yang simpel. It's not how much you earn that important. Instead, it's how much you earn FOR yourself, others, and The God Almighty.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ndak Boleh Debat Nih?

4 Agustus 2016   22:14 Diperbarui: 7 Agustus 2016   17:20 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum! Beberapa waktu yg lalu teman saya membicarakan larangan berdebat dalam Islam berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud, "Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wasallam– bersabda : "Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran (al haq), juga sebuah rumah di tengah jannah bagi siapa  saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia sedang bercanda, serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa  saja yang berakhlak mulia.”

Sekilas memang nampak bahwa Islam melarang adanya adu argumentasi. Namun, perlu diketahui bahwa hadits di atas ditujukan untuk opini2 yang tidak berdasar ilmu yg cukup. Berikut penjelasan dari rumaysho.com yang dapat membuat terang perihal debat di atas:

"Debat yang tercela adalah debat yang tidak memakai dasar ilmu, tanpa dalil. Contohnya lagi adalah debat dengan menggunakan otot, bukan argumen yang kuat. Salah satu akibat suka berdebat yang tercela adalah menghilangkan keberkahan ilmu. Semoga kita diberikan hidayah dengan merenungkan nasihat Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin berikut ini:

Debat secara umum akan menghilangkan berkah. Telah disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Bukhari, no. 4523; Muslim, no. 2668) Yang dimaksud orang yang paling dibenci di sini adalah orang yang berdebat dengan cara yang keras. 

Secara umum, orang yang suka berdebat (yang tercela) akan menghilangkan keberkahan pada ilmunya. Karena orang yang menjatuhkan diri dalam perdebatan (yang tercela) tujuannya hanya ingin dirinya menang. Itulah sebab, hilangnya berkah ilmu pada dirinya. Adapun orang yang menginginkan kebenaran, maka kebenaran itu akan mudah diterima, tidak perlu dengan debat yang keras. Karena kebenaran itu begitu jelas dan terang benderang.

Adapun yang berdebat (berdiskusi) karena ingin meraih ilmu dan ingin meraih kebenaran serta menyanggah kebatilan, maka itulah yang diperintahkan. Hal ini disebutkan dalam QS An Nahl: 125, "Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc

Sumber

Lomba debat yang diadakan zaman sekarang tentu saja berlandaskan ilmu dan wawasan yang sudah sangat berkembang. Tata caranya juga diatur sedemikian rupa sehingga jauh dari debat kusir pinggir jalan. Namun, menurut saya pribadi, makian2 yang bisa saja terlontar perlu diminimalisasi sehingga debat tetap berjalan dengan baik, tanpa ada pelecehan di dalamnya.

Jadi, kesimpulannya adalah berdebat tetap diperbolehkan dalam Islam dengan cara yang baik untuk mengharapkan solusi terbaik. Demikian, kebenaran selalu berasal dari Allah SWT dan kesalahan datang dari saya selaku gadis biasa. Ciao! Wassalamualaikum ww.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun