Di era digital seperti sekarang, teknologi memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan informasi. Namun, di sisi lain, minat membaca buku semakin menurun. Banyak orang, terutama generasi muda, lebih memilih scrolling media sosial daripada membuka buku. Padahal, membaca memiliki manfaat yang tidak bisa digantikan oleh aktivitas digital lain. Dengan membaca, kita tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga melatih daya pikir, imajinasi, dan kreativitas. Buku adalah jendela dunia yang bisa membuka peluang dan pandangan baru. Namun, rendahnya minat membaca tidak sepenuhnya kesalahan individu. Ada banyak faktor yang memengaruhi, seperti mahalnya harga buku, kurangnya perpustakaan umum yang menarik, dan budaya membaca yang belum ditanamkan sejak dini. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, pemerintah dan komunitas bisa bekerja sama untuk menghidupkan perpustakaan keliling atau taman bacaan masyarakat di berbagai daerah. Kedua, sekolah perlu mengintegrasikan budaya membaca ke dalam kegiatan belajar, seperti program wajib membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Generasi muda juga perlu memanfaatkan teknologi untuk membaca. E-book dan aplikasi baca digital kini tersedia dengan harga yang lebih terjangkau, bahkan gratis. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk tidak membaca. Jika kita semua bekerja sama, minat membaca bukan lagi sekadar harapan. Mari jadikan membaca sebagai gaya hidup agar kita tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pencipta masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H