KARENA SETIAP ANAK TERLAHIR HEBAT
Anak adalah anugrah terindah Sang Maha Maha Pencipta yang diamanahkan kepada kita untuk dijaga dan dididik dengan sebaik mungkin. Setiap anak terlahir hebat dan istimewa dengan segala keunikkan dan kecerdasan yang dimilikinya. Cerdas bukan hanya untuk mereka yang pintar dan berprestasi dalam bidang akademik saja.
Pasalnya tidak ada anak nakal, Tidak ada anak malas belajar, Tidak ada anak tidak berpotensi, dan tidak tumbuh. Jika ada anak nakal, Â itu bukanlah kenakalan. Tetapi, potensi anak yang belum tampak buahnya atau jeritan hati anak. Karena salah asuhan oleh pendidiknya/orang tuanya.
Sejatinya, setiap anak terlahir dalam keadaan "Fitrah". Artinya, setiap anak lahir sudah di bekali oleh Allah Ta'ala. Kecondongan kepada Islam. anak condong kepada kebaikan. Setiap anak terlahir dalam keadaan beriman, mentauhidkan Allah, cinta ibadah, pembelajar, dan berbakat. Potensi-potensi tersebut akan tumbuh sesuai dengan fase perkembangan anak. Maka, sebenernya mendidik anak menjadi baik jauh lebih mudah di banding dengan menyengaja mendidik anak menjadi Jahat/buruk.
Peran orang tua dan Asatidz sebagai tenaga pendidik di sini adalah menggali potensi dan bakat yang ada pada diri sang anak danmensupport keinginan, keterampilan, serta kemampuan yang dimiliki anak tersebut untuk terus dikembangkan. Hal penting lainnya ialah jangan pernah membandingkan anak kita dengan anak-anak lain yang menurut Bapak/Ibu lebih pintar karena mungkin saja passion mereka berbeda. Hal ini akan membuat anak merasa minder, takut untuk mengeksplore dan menunjukkan apa sebenarnya bakat terpendam yang ada pada dirinya. Biarkan dan beri kesempatan kepada mereka untuk mengekpose kecakapan dan kemampuannya. Mari Beri anak pujian, apresiasi, atau reward atas apa yang telah dicapai dengan usaha kerasnya. Â agar sang anak lebih percaya diri dengan keahlian yang dimiliki, merasa dihargai, dan didukung oleh orang tuanya/pendidiknya.
Kita sebagai orangtua dan pendidik Jangan pernah mengunderestimate anak  agar rasa percaya diri dalam sang anak tidak hilang. Tidak disarankan pula memaksakan kehendak anak untuk melakukan hal yang tidak sesuai dengan bidang yang diminatinya. Hal ini akan membuat anak merasa tidak nyaman, underpressure (di bawah tekanan), dan stres.
Dukung dan terus asah potensi anak sesuai minatnya. Misalnya anak A menyukai menghafal Al-qur'an  dan tidak unggul dalam bidang olahraga maka berikan anak kesempatan untuk terus menekuni apa yang diminatinya. Bukan sebaliknya  memaksa anak untuk mengikuti kehendak orangtuanya sedang dia tidak unggul di bidang itu. Tanpa kita sadari hal seperti ini  akan membuat anak hanya akan fokus pada kelemahannya, sehingga kelebihan yang dimiliki dan bidang yang diminati semakin tidak terarah dan tenggelam begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H