Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengagumi Kepadatan Plot dalam "The Terminal List"

10 Juli 2022   17:29 Diperbarui: 10 Juli 2022   17:40 2869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Terminal List (Sumber: https://www.facebook.com/TerminalListPV/)

Apa yang membuat suatu cerita, baik di novel maupun di film, menjadi greget dan sangat menggigit? Jujur saja buat penulis itu bukan gaya bahasa yang mendayu-dayu atau adegan-adegan romantis. Plot cerita yang padat, itu yang penting, dan itulah yang dimiliki The Terminal List, serial produksi Amazon tahun 2022.

Dibintangi oleh Chris Pratt, yang sukses membawa Jurassic World dan Guardians of the Galaxy, The Terminal List mengisahkan tentang seorang mantan komandan Navy SEAL yang menyelidiki kematian seluruh anggotanya pada suatu operasi.

Nama-nama lain adalah Constance Wu, yang memikat perhatian penikmat film ketika berperan sebagai Rachel Chu dalam Crazy Rich Asians, dan Taylor Kitsch yang pernah bermain di film John Carter.

Ciri-ciri suatu serial yang engaging adalah ia mampu membuat penontonnya merasakan betapa cepat film itu selesai walaupun satu episode nya relatif lebih panjang dari film seri biasa, yaitu sekitar satu jam. Satu episode film seri biasa normalnya adalah 40 menit kalau tanpa iklan. Kalau plot suatu cerita tidak padat, film itu akan terasa lama dengan cerita yang diulur-ulur.

Kudos buat Jack Carr, mantan Navy SEAL penulis buku serial yang menjadi sumber film ini. Ada lima judul di seri itu, yaitu The Terminal List, True Believer, Savage Son, The Devil's Hand, dan In The Blood.

Bermodalkan pengalaman dan kreativitas, Carr mampu merajut cerita yang tegang, sangat intense, dan membuat penonton senantiasa ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tokoh-tokoh antagonis satu demi satu dimunculkan dan kita tidak tahu siapa sebenarnya otak dari kejahatan yang ada. Penonton diarahkan untuk mengira seseorang itulah the ultimate villain. Sampai kemudian tiba-tiba ia terbunuh bahkan masih di tengah-tengah seri. Penonton pun kecele.

Harapan penulis hanya satu: semoga judul-judul selanjutnya dalam seri ini juga dibuatkan filmnya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun