Kadang ada orang yang sepertinya selalu merusak rencana yang sudah dibahas panjang lebar yang seharusnya sudah rapi. Orang ini akan memberi pertanyaan-pertanyaan yang bisa membuat panik yang kalau diperhatikan secara hati-hati sebetulnya tidak masuk akal.
Ternyata orang itu bisa saja memiliki hidden agenda-nya sendiri yang mungkin menyimpang dari apa yang dibicarakan, tetapi ia akan terus memaksakan. Sayangnya karena agendanya memang hidden, akan susah untuk dicium untuk kemudian dipatahkan.
Sebetulnya mengapa seseorang mempunyai hidden agenda? Satu sumber mengatakan bahwa jika seseorang di masa kecilnya tidak dianggap oleh orang tua atau orang yang mengasuhnya, sampai dewasa ia akan terus mencari approval dari orang yang lebih superior dari dia, misalnya atasan di kantor.
Apa pun yang ia lakukan akan mengandung maksud tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan approval yang sangat ia dambakan.
Namun penulis ini boleh dibilang agak polos, bolot, atau telmi, terserahlah mau panggil yang mana. Atau mungkin juga gullible, yang artinya mudah dibodohi atau ditipu. Kalau orang itu tidak mengakui sendiri bahwa ia punya hidden agenda, mungkin penulis juga tidak akan terpikir sampai ke sana.
Sebetulnya orang itu juga bodoh. Dia tidak secara terang-terangan mengakui bahwa ia mempunyai hidden agenda. Namun ia menuduh semua orang yang ikut rapat hari itu punya hidden agenda--walau akhirnya dia mengaku itu hidden agendanya.
"Ini hidden agendanya untuk menjual buku kan?"
Tentu saja yang lain terperangah. Apa-apaan? Yang didiskusikan adalah suatu program pengajaran online yang bahannya pun akan berupa softcopy. Hidden agenda menjual buku dari sisi mana kalau dilihat?
Sampai keriting juga tidak akan terpikir untuk menjual buku yang notabene berupa buku fisik. Kalau untuk materi softcopy, semua sudah dipikirkan dan diperhitungkan.
Pantas saja pertanyaan-pertanyaan bapak yang satu ini dari tadi aneh bin ajaib karena dia seolah menggiring kita untuk berpikir tentang menjual buku fisik. Namun ia gagal karena kita memang tidak ada yang berpikir ke sana. Ha! Kasihan ya?