Siapa tak suka kerupuk? Bisa dibilang 4 dari 5 orang di Indonesia mewajibkan kehadiran kerupuk di piringnya pada saat makan pagi, siang, dan malam. Yah, kalaupun ini tidak benar, paling tidak itulah yang terjadi pada saya. Hehe. Walau tidak pada saat makan pagi karena biasanya menu sarapan saya adalah roti. Sampai saat ini saya belum pernah mencoba mengkombinasikan roti dengan kerupuk.
Kerupuk yang biasa saya makan adalah kerupuk putih yang biasa saya beli di warung depan. Saking ketagihannya saya dengan kerupuk itu, saya sampai harus memastikan bahwa kami selalu mempunyai persediaan yang cukup di rumah.Â
Jadi meskipun kerupuk yang saya beli di hari sebelumnya masih ada, saya sudah beli dan beli lagi. Kalau tiba-tiba pasokan kerupuk ke warung terhenti, saya langsung kelabakan cari pasokan baru. Bwahaha.
Kerupuk putih, yang ternyata punya banyak nama seperti kerupuk blek dan kerupuk mlarat, terbuat dari tepung tapioka seperti kebanyakan kerupuk lainnya. Tapi selain tepung tapioka, kerupuk bisa terbuat dari tepung terigu, beras, nasi, ketan putih, kulit sapi, dan melinjo.
Cara membuat kerupuk biasanya dimulai dengan membuat adonan yang kemudian dikukus, diiris tipis-tipis, dijemur, baru kemudian digoreng untuk menjadi bentuk yang biasa kita santap. Namun kadang ada cara lain dan digoreng pun tidak semua dengan minyak goreng. Bisa juga digoreng dengan pasir, dan beberapa kerupuk dimasak dengan cara dibakar.
Dalam pengolahannya juga bisa bermacam-macam. Kerupuk kulit misalnya, kulit sapi direbus dan dijemur sampai kering selama 2-3 hari sebelum siap untuk digoreng. Untuk membuat kerupuk melinjo atau emping, biji melinjo digeprek sampai pipih, lalu dijemur dan digoreng dengan minyak goreng.
Enaknya kerupuk boleh dibilang karena kegaringannya. Karena itu jangan sampai kerupuk itu masuk angin atau melempem. Salah satu cara untuk menjaga kerenyahannya adalah dengan cara menyimpannya di dalam setoples.Â
Yang terbaik adalah setoples dengan tutup ulir karena jenis tutup itu yang paling baik dalam mencegah udara untuk masuk ke dalam setoples. Sedangkan cara penyimpanan yang tidak baik adalah memasukkannya ke dalam plastik dan diikat dengan karet.
Lalu bagaimana kalau kerupuk sudah terlanjur melempem? Apakah harus langsung dibuang? Nanti dulu. Kalau memang belum beraroma seperti gorengan yang sudah lama alias tengik, kerupuk melempem masih bisa diselamatkan. Caranya adalah dengan memanaskan kerupuk itu sampai garing kembali.
Kalau Anda memiliki microwave, proses memanaskan kembali dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi kalau tidak ada microwave, penjepit untuk memanggang roti juga dapat digunakan.