Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menolak Menjadi Senior

9 Agustus 2021   22:17 Diperbarui: 9 Agustus 2021   22:30 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai bergabung menjadi staf pengajar tepat 25 tahun tahun 2021 ini dan masuk ke departemen penulisan materi pengajaran sekitar dua tahun setelah itu. Kemudian saya dipercaya memegang amanah untuk mengepalai departemen itu sekitar tujuh tahun yang lalu.

Dilihat secara pengalaman kerja maupun posisi, saya bisa masuk golongan senior. Tetapi mengapa hati ini tidak pernah sreg kalau orang bilang saya senior ya? Ada beberapa hal yang membuat saya merasa demikian.

Pertama, tempat saya bekerja banyak mengkaryakan kembali pegawai-pegawai yang sudah lewat masa pensiun. Kebanyakan dari mereka adalah pensiunan trainer atau staf penulis dan kembali bekerja sebagai editor. Hal ini terutama dilihat dari pengalaman mereka dan juga keahlian dalam bahasa Inggris yang di atas rata-rata.

Kalau dilihat dari segi umur, tentunya mereka sudah lebih dari 10 tahun di atas saya, bahkan ada yang 20 tahun atau lebih. Juga kalau dari sisi pengalaman. Mereka sudah jadi orang jauh sebelum saya bahkan masuk ke kantor ini. Di sini bisa dilihat bahwa tidak mungkin saya memainkan kartu senioritas untuk para bapak dan ibu yang bahkan jauh lebih senior dari saya walaupun saya adalah kepala mereka. Sulit untuk melakukan itu ke orang-orang yang kadang menganggap saya itu seperti anak mereka meski saya ini sudah kepala empat plus plus hampir kepala lima. Karena anak-anak kandung mereka pun lebih tua dari saya.

Selain para editor, beberapa staf pun sedikit lebih tua atau paling tidak seangkatan dengan saya. Yah kami dahulu mulai di sini ini hampir bersamaan. Teman seperjuangan. Di antara kami tidak ada istilah senior karena dari segi umur maupun pengalaman, kami setara.

Dengan teman-teman di departemen yang lebih muda, saya tidak akan merasa lebih dari mereka selain umur dan pengalaman bekerja di tempat ini. Mereka bisa punya pengalaman lebih di tempat lain, dan dari segi pengetahuan dan keahlian saya tidak akan memandang dari sisi ijazah saja. Apalagi di jaman revolusi teknologi 4.0 seperti saat ini, siapa pun dapat mempunyai keahlian lebih tanpa ia punya gelar S2 atau harus menjadi senior terlebih dahulu.

Jadi pada dasarnya senioritas baik itu dari segi umur, pengalaman, posisi, maupun keahlian, adalah hal yang mustahil. Seperti kata pepatah, di atas langit ada langit. Seseorang mungkin saja menjadi langit dalam satu hal, tapi dalam hal lain ia hanya jadi langit-langit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun