Harga BBM naik. Semua protes. Termasuk orang kaya juga protes. Mereka loh yang paling banyak menikmati BBM subsidi. Malunya entah kemana..
Orang-orang berdasi bergerombol protes-protes perihal kenaikan BBM. Padahal mereka kan orang berpendidikan. Tahu nggak kenapa BBM dinaikkan? Sudah dinaikkan pun sebenarnya masalahnya belum bisa selesai. Katanya, subsidi tidak boleh dihapus. Mau sampai kapan bangsa ini terus-menerus jadi bangsa penghutang.
Subsidi bukan sesuatu yang buruk jika dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan sesuai dengan keperluan saja. Tapi ini loh masalahnya, subsidi itu sumbernya dari hutang negara. Jadi jika anda getol mempertahankan terus diadakannya subsidi, ya tunggu saja negara kita hutangnya semakin menggunung.
Biaya produksi premium saja Rp9000,00, sementara dijual dengan harga Rp4500,00. Sementara pertamax biaya produksinya mencapai Rp12.000,00, lalu dijual seharga Rp9000,00. Lalu, kekurangan biaya produksi itu ditutupi darimana? Ya, dari subsidi. Artinya, dari hutang negara.
Memang, menaikkan harga BBM pun memiliki dampak lain di berbagai sektor ekonomi. Harga produksi akan semakin meningkat dan harga jual barang pun menjadi semakin mahal. Maka terjadilah inflasi. Tapi, di sisi lain jika subsidi terus dipertahankan dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin hutang-hutang negara ini tidak akan bisa dilunasi bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Kasihan generasi-generasi yang akan datang, semakin banyak beban di pundak mereka.
Jadi, apa solusinya? Pengembangan energi alternatif bisa menjadi solusi. Berbagai pemberitaan di media televisi sudah sering kita lihat, tentang penemuan energi alternatif menggunakan biogas, dan sebagainya. Tapi apakah itu sudah mulai dikembangkan dengan serius. Entahlah.. seakan menjadi angin lalu saja.
Subsidi dalam jangka pendek baik, tetapi akan menjadi racun dalam jangka panjang.
Tulisan ini hanya pandangan subyektif saya sebagai masyarakat awam yang nggak tahu apa-apa. Maaf jika banyak salahnya. Semoga kita bisa menjadi masyarakat yang lebih sadar. :)
Salam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H