Mohon tunggu...
Cahaya
Cahaya Mohon Tunggu... Lainnya - Dualisme Gelombang-Partikel

Penyuka pohon johar, cahaya matahari, dan jalan setapak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

[PDKT] Sebuah Temu

6 April 2015   07:57 Diperbarui: 3 September 2016   08:29 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(30)

 

 

 

Delapan belas menit yang lalu dia masih di sana, memandangi langit-langit berjamur oleh rembesan hujan yang tiap malam jatuh di atas genting. Putri, perempuan 19 tahun penghapal Alquran itu kini tengah memeluk pundak, berbaring menghadap dinding di sebelah tempat tidurnya. Bulir bening  jatuh merayapi ujung mata, lalu perlahan membasahi bantal merah jambu yang ada di bawah kerudung. Usai gerimis.Ingatannya menerawang pada sosok pemuda sederhana yang dia jumpai kemarin pagi.

 

***

 

Baru sekitar 10 meter perjalanan, tiba-tiba rantai motornya terputus. Putri yang belum terlalu fasih dengan jalanan di kota itu, memutuskan untuk menghampiri pemilik warung yang tengah membersihkan halaman depan.

 

“Permisi, bengkel motor paling dekat kira-kira berapa meter lagi, ya?” Dia menghampiri, “Rantai motor saya terputus.”

 

Yang dihampiri membalikkan badan, “Wah, maaf Mbak, saya juga orang baru di sini.”

 

Putri nampak semakin bingung. Baru sekarang dia mengalami kejadian seperti ini.

 

Di tengah kebingungannya, terdengar pemilik warung itu bersuara lagi, “Boleh saya lihat motornya, barangkali bisa bantu.”

 

Nampak wajah Putri berubah menjadi secerah pelangi, “Alhamdulillah, terima kasih Mas, motornya di seberang jalan, tunggu, saya bawa ke sini dulu.”

 

Dengan cepat Putri menyeberangi jalan raya kemudian mendorong motornya menuju halaman warung makan di sisi sebelah trotoar, bertepatan dengan itu, seorang pemuda berjalan cepat dari dalam rumah dengan menenteng sebuah tas berisi beberapa obeng dan kunci-kunci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun