Aku tak pernah tahu jika takdir bisa sangat keterlaluan ....
Lelaki itu bernama Dwi Bowo, tapi aku lebih senang memanggilnya Bowo, jika memanggilnya dengan Dwi, serasa seperti menyapa diriku sendiri.
Dia persis sahabat karibku semasa SMP dulu, cuek, sedikit pendiam, dan sangat misterius. Sebulan mengenalnya aku menyadari beberapa hal, bahwa selain nama depan dan kesukaan pada cerita horor, tak ada lagi kesamaan diantara kami. Dia menyukai Red Velvet, sedang aku Red Devil. Jika aku menyukai Rhoma Irama, dia malah jatuh cinta pada Yoona. Dia 100 % Korean Lover dan aku 100 % Indias Lover. Bagai langit dan bumi.
“Kau tahu, langit dan bumi itu sebenarnya saling menyukai,” bisiknya di malam kesekian pertemuan kami.
“Bagaimana mungkin? mereka kan saling berjauhan,”
“Sebenarnya mereka tak benar-benar berjauhan, sebab langit hanyalah batas pandangan masing-masing dari kita, sedang bumi ..., ia menghilangkan batasan-batasan pandangan itu, membuatnya menyatu bersama langit,
“Kita lah yang melihat mereka saling berjauhan, kenyataannya langit adalah bagian dari bumi,”
“Seperti kamu dan aku?”
“Pinter.”
Jika sudah seperti ini, ingin rasanya waktu kuperlambat agar malam tak segera berakhir.
Sebab hanya malam yang mampu menyibak segala hijab yang menghalangi pertemuanku dengannya.
**