Mohon tunggu...
Gayatri Shima
Gayatri Shima Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang yang senang menggunakan semua indera untuk mengenal semesta. Saya suka sekali dengan hujan dan setiap aroma yang di bawanya. Saya juga sangat menyukai sunset.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Amarah Nar Membumihanguskan Borobudur"

3 Oktober 2014   00:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:36 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BBM dari seorang teman di jam terakhir saya mengajar di kelas siang tadi berujung pada pilu yang hingga saat ini masih terasa. Di tengah keluarga yang sedang berkumpul menguatkan Emak dan Adik saya, saya menuliskan kisah ini.  Pukul 13.30 WIB, Dani, kawan saya BBM saya menanyakan tentang hiruk pikuk yang terjadi di daerah selatan, di dekat tempat tinggal saya, Bumisegoro, Borobudur. Saya bahkan belum mendengar kabar apapun dari siapa pun ketika membaca BBM dari Dani. Seketika dada saya berkecamuk. BBM kedua kemudian mengabarkan bahwa sedang terjadi kebakaran di Sentra Kerajinan dan Makanan Borobudur (kami sebut pasar relokasi) di dalam area PT Taman Wisata Candi Borobudur. Sejurus kemudian berlinang air mata saya, ingat Emak dan Adik yang berjualan di sana, di lapak kayu berukuran 6,25 meter persegi. Tak sabar rasanya menunggu bel pulang berbunyi sepuluh menit lagi.

Foto dari BBM pukul 13.45 WIB

Sepanjang perjalanan tidak henti saya mengucap doa, tidak lagi membatin innalillaahi wa inna ilaihi rooji'uun, yang entah kenapa mulai saya batin dari jam 4 pagi tadi, kali ini saya membaca la khaulaa wa laa quwwata illah billlah. Sesak sekali dada saya, ketika memasuki Dusun Sigug berpapasan dengan mobil pick up yang membawa dagangan kain batik sepenuh bak dengan bau gosong yang cukup menyengat. Ya Allah, bagaimana kondisi Emak dan Adik saya yang sedang mengandung? Bagaimana keadaan kios mereka? Apakah masih ada barang dagangan yang bisa diselamatkan? Tak henti pikiran saya mengkhawatirkan mereka. Tibalah saya di gerbang masuk lokasi wisata Candi Borobudur bagian utara yang terbuka, tidak tutup seperti biasanya, dan jalanan aspal sudah basah. Saya masuk tanpa harus mengenalkan identitas seperti biasanya. Air mata saya mengalir lagi. Sebuah mobil pick up dengan beberapa orang tetangga di belakangnya mendahului saya, saya mengejar, bertanya pada Catur, teman SD saya yang duduk di paling belakang dalam bak mobil itu tentang peristiwa yang terjadi sambil tetap melajukan motor saya. Tak kuasa menahan tangis lagi, dia bilang semua kios ludes terbakar, tidak ada yang tersisa. Emak saya di mana? Bagaimana kondisinya? Dia dan kawannya menunjuk mushola di seberang pasar relokasi, "Cobalah cari di sana. Tadi Emakmu dituntun Koko, menjauh dari kobaran api. Adikmu juga di sana."

14122426111387093219
14122426111387093219
Foto dari BBM pukul 13.50 WIB

Saya berusaha mencari keberadaan Emak dan Adik saya yang sedang hamil tua itu. Saya menemukan Koko sedang berbincang dengan teman-temannya di bawah pohon kenari dekat mushola, saya menghampirinya dengan berlinang air mata, menanyakan keberadaan Emak. "Emak sudah kuantar pulang, kamu pulang saja, jemput Naila ke sekolah dan temani Emak di rumah, tidak usah berlama-lama melihat kondisi di sini." Saya bergegas memutar kemudi dan kembali tergugu menangis ketika melihat kondisi pasar relokasi sudah rata dengan tanah.

Emak terbaring di atas tikar plastik, satu-satunya penghias ruang tamu di rumah Embah saya. Sudah ada beberapa angggota keluarga dan tetangga di sampingnya yang sedang berusaha menenangkan Emak dan Adik yang masih meneteskan air mata. Emak terlihat masih trauma. Adik saya terlihat tegar seperti biasanya. Saya tak bisa lagi berkata-kata, hanya memegang tangannya dan mengatakan "Sabar ya, Mak." Kemudian saya menepi karena beberapa tetangga berdatangan. Menepi dan menangis, merasaka trauma Emak dan Adik, terlebih Emak. Berdagang adalah satu-satunya mata pencaharian Emak yang seorang janda, dari berdagang beliau menghidupi saya (yang janda pula), anak saya, dan kedua Simbah saya. Uang saya belum pernah cukup menutup kebutuhan rumah ini, semua tertanggung Emak, betapa malunya saya. Tangis saya semakin menjadi, tangis tanpa suara, jauh lebih sakit dalam hati saya.

Semua terbakar habis. Dagangan yang baru kemarin dilunasi setorannya, uang di dompet Emak yang tidak seberapa, termos air panas, semuanya menjadi abu. Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada kios Adik saya, juga ratusan kios lainnya. Emak dan Adik sangat trauma, mengingat kejadian bagaimana api berawal dan berkobar dari kios di depan kios Emak, mencium bau kain terbakar, yang ternyata adalah baju daster batik dagangan yang dipajang di kios depan. Emak dan Adik berteriak sejadinya dan berusaha berlari minta tolong seketika itu juga, merasakan kaki dan tubuh yang tiba-tiba lemas, begitu berat mengangkat kaki. Apalagi Adik saya yang tengah hamil tua itu. Adik berlari keluar meminta pertolongan dari security, tapi katanya kurang sigap menanggapi kejadian. Pemadam kebakaran akhirnya datang terlambat. Hanya dalam waktu kurang lebih satu jam, kemarahan Nar (api) mampu membumihanguskan ratusan lapak kayu pedagang di pasar relokasi. Pengorbanan yang sangat besar menjelah Hari Raya Qurban (Idul Adha).

Belum diketahui jelas penyebab kebakaran. Sampai saat ini pihak keamanan dan tim SAR masih berusaha menyelidiki dan memastikan tidak ada korban jiwa dalam kebakaran ini. Ada rasa syukur ketika menyadari Emak dan Adik selamat, walaupun lapak yang menjadi sumber mata pencaharian mereka hangus menjadi abu rata dengan tanah. Saya yakinkan Emak dan Adik, bahwa di setiap cobaan dan ujian Allah pasti sertakan kekuatan, dan di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Pengorbanan yang harus diikhlaskan, semua sudah menjadi kehendakNYA.

Kun fa ya kun. Allah ijinkan Nar membumihanguskan Borobudur.


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun