Mohon tunggu...
Shiloh Lumaris
Shiloh Lumaris Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Atlet renang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Senangnya Bertemu Li Yongbo, Pelatih Kepala Timnas Badminton China

19 April 2015   13:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55 2269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14294304851914120802

[caption id="attachment_411150" align="aligncenter" width="600" caption="Photo bersama Li Yongbo (dokpri)"][/caption]

Setelah memenangkan pertandingan perempat final Singapore Open 2015, aku melihat Wang Yihan berlari ke tempat duduk penonton. Aku segera berlari mengikutinya, dia menuju seorang pria yang tengah menunggunya. Ternyata pria itu adalah Li Yongbo, pelatih timnas China yang sudah melatih selama 20 tahun lebih. Para pemain China banyak yang takut dengan Li Yongbo karena Li Yongbo orangnya keras. Pemain China setelah bertanding menang maupun kalah harus menghadap dia untuk di-briefing Li Yongbo di depan penonton dengan wajah yang bengis dan tatapan mata yang tajam.

Setahun yang lalu aku melihat Zhang Nan dan Zhao Yun Lei pemain ganda campuran China, di-briefing oleh Li Yongbo selama 1 jam lebih sambil berdiri karena mereka kalah. Tetapi tidak hanya pemain yang kalah aja yang di-briefing, kadang pemain yang menang juga di-briefing mungkin ada yang salah dalam permainannya. Sebetulnya bukan cuma pemain China saja yang di-briefing pelatihnya setelah bertanding, pemain Korea dan Jepang juga. Malah pelatih Korea sangat keras dalam mem-briefing pemainnya setelah bertanding sampai ada yang menangis. Itu sebabnya pemain China, Korea, dan Jepang tahan banting di lapangan, itu barangkali yang membedakan dengan di Indonesia.

Pemain China sangat menghormati Li Yongbo karena dia bukan hanya pelatih hebat tetapi juga motivator yang hebat. Li Yongbo sangat paham dengan kelebihan dan kekurangan pemainnya di dalam maupun di luar lapangan. Para pemain China sangat tenang kalau Li Yongbo duduk di kursi pelatih saat mereka bertanding karena Li Yongbo bukan saja sangat mengenali pemainnya sendiri tetapi juga kelebihan dan kekurangan lawan-lawannya. Sehingga instruksinya selalu membuahkan kemenangan bagi anak didiknya.

Saya sangat senang bertemu Li Yongbo karena dia adalah pelatih dari pemain-pemain yang saya kagumi seperti tunggal putri Wang Yihan, dan tunggal putra Lin Dan. Li Yongbo memang pantas dikagumi karena dia sudah mencetak 74 lebih juara dunia dan targetnya dia mau mencetak 100 juara dunia. Luar biasa kan? Ada lagi pelatih yang saya kagumi dan suatu saat saya ingin bertemu dengannya sekedar untuk berfoto bersama. Dia adalah Park Joo Bong, dia dulu pemain Korea yang kini menjadi pelatih di Jepang. Park Joo Bong adalah juara All England 9 kali! Luar biasa kan, dan sekarang tangan dinginnya telah membuat Jepang sebagai juara Piala Thomas dan Runner up Piala Uber. Park Joo Bong juga mencetak banyak pemain muda usia di Jepang seperti Akane Yamaguchi, Nozumi okuhara, Aya Ohori, Chisato Hoshi, Kento Mamota, dan lain-lain. Wah seandainya orang seperti Park Joo Bong dan Li Yong Bo melatih Indonesia pasti bulutangkis Indonesia kembali berjaya.

Ngomong-ngomong, ternyata Li Yongbo punya badminton akademi di Dongguan, Guangdong China. Tahun lalu banyak pemain remaja Singapore yang kerap bertemu saya kalau bertanding rame-rame ikut training camp di sana, waktu itu lagi ada diskon katanya. Wah seandainya ada rejeki banyak aku pengen juga pergi ke sana ikut camp training, siapa tahu dapat belajar banyak hal di sana dan bisa memberi inspirasi bagaimana bermain lebih baik. Sekalian melihat kayak apa sih anak anak di sana berlatih badminton, kok kalau sudah jadi pemain begitu hebat. Atau memang pelatihnya yang hebat, kan ada pepatah “ pelatih yang berkarakter melahirkan pemain hebat di lapangan“?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun